×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Promosi Pariwisata dan Budaya

Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Provinsi

Nusa Tenggara Timur

Asal Daerah

Kota Kupang

Analisis Prospek Potensi Ekowisata DI Kota Kupang

Tanggal 27 May 2014 oleh Jhon_lebu .

Kepada Yang Terhormat,

selamat malam Admin, ini adalah KArya Tulis saya yang akan saya promosikan jika saya terpilih sebagai salah satu peserta dalam Elemen Budaya ini.

semoga bermanfaat atas tulisanku ini.

salam hormatku,

Jhon_Lebu

 

Analisis Prospek Potensi Ekowisata Di Kota Kupang

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1.   Latar Belakang

Perkembangan pariwisata di dunia semakin pesat. Begitu pula yang terjadi di Indonesia. Hal ini diikuti dengan perkembangan pariwisata secara lokal. Namun apabila berbicara mengenai dunia kepariwisataan yang terbesit dalam benak adalah banyaknya perputaran uang yang mengalir ke dalam setiap individu yang mengupayakan pariwisata. Untuk mencapai hasil yang maksimal maka negara Indonesia sebagai negara produsen paket-paket wisata, haruslah mampu mensejajarkan kualitas produk wisatanya dengan standarisasi kepariwisataan dunia.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Otonomi Daerah, yang banyak memberikan kebebasan para pemerintah daerah untuk melaksanakan kebijakan dengan tanpa campur tangan pemerintah pusat. Hal itu menyebabkan banyaknya daerah-daerah yang tersebar di wilayah Indonesia berbondong-bondong untuk mengembangkan potensi daerah mereka masing-masing khususnya dalam sektor pariwisata. Hal tersebut mengakibatkan adanya dampak buruk yang terjadi dalam sistem otonomi daerah khusunya sektor pariwisata. Karena banyaknya  Pemda yang menetapkan keputusan tanpa disertai kajian analisis yang tajam, pemerintah berusaha  serta-merta mengalirkan dana yang tidak sedikit untuk tujuan pengembangan sebuah kawasan sebagai obyek dan daya tarik wisata. Hal tersebut dilakukan tanpa persiapan dan kajian-kajian prediksi yang matang, sehingga banyak dari pemda akhirnya menuai kegagalan dalam usaha pengembangan kawasan tersebut.

Sebagai negara yang memiliki kekayaan melimpah, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi yang cukup besar di bidang pariwisata, dimana tiap-tiap daerah memiliki keunikannya masing-masing yang dapat dijadikan daya tarik pariwisata yang sangat potensial dan dapat menyumbangkan devisa bagi negara. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan alam adalah Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan banyak di dominasi oleh sektor Kelautan seperti Pantai dan Laut. Ini dikarenakan dari segi Geografis Propinsi ini terdiri dari pulau-pulau. Nusa Tenggara Timur adalah sebuah Propinsi Indonesia  yang terletak di tenggara Indonesia. Propinsi ini terdiri dari beberapa pulau antara lain; Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara,  Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang. Timor Barat Propinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau. Tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat. Keunikan Objek Wisata Nusa Tenggara Timur (Terlampir Pada Tabel 1.1). Keunikan masing-masing yang dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata. Pembangunan kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur bisa menjadi komoditi unggulan perekonomian jika dikelola dengan baik karena sektor pariwisata bisa menumbuh kembangkan sektor-sektor lainnya seperti agrowisata, industri kerajinan rakyat, jasa perhubungan, perdagangan dan sebagainya. Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki objek wisata dengan berbagai potensi alam dan budaya daerah yang cukup memadai serta tidak kalah menariknya dengan objek wisata yang terdapat di daerah lain.

Indikasi konkrit dari adanya berbagai potensi yang dapat dikembangkan di Kota Kupang dengan lokasi serta objek-objek wisata di Kota Kupang dapat dilihat dengan Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Alam Kota Kupang (Terlampir pada tabel 1.2), Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Budaya Kota Kupang (terlampit pada Tabel 1.3), Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Minat Khusus Kota Kupang (Terlampir pada Tabel 1.4), Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Lainnya di Kota Kupang (Terlampir pada Tabel 1.5).

Daftar tabel terlampir di atas merupakan semua potensi objek wisata yang ada di Kota Kupang yang dapat dijadikan objek ekowisata. Di samping itu dapat dijelaskan juga bahwa potensi yang ada dapat dikembangkan terlihat relevan dengan kenaikan minat wisatawan untuk berkunjung ke lokasi objek wisata di Kota Kupang. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel berikut:

 

 

 

 

 

 

Tabel 1.6

Arus Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata Yang Dijadikan Sebagai Objek Ekowisata di Kota Kupang Tahun 2009-2013

No

Tahun

Mancanegara

Nusantara

Total

1.

2009

2. 659 Orang

20.800 orang

23.459 orang

2.

2010

757 orang

18.600 orang

19.357 orang

3.

2011

800 orang

17.100 orang

17.900 orang

4.

2012

542 orang

8.500 orang

9.042 orang

5.

2013

2.957 orang

27.700 orang

30.657  orang

 

 

 

 

 

(Per Tanggal 16 Desember 2013)

Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang

Data di atas menunjukkan bahwa arus kunjungan wisatawan nusantara atau domestik setiap tahun kenaikannya tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor tingkat kunjungan wisatawan pada objek wisata di Kota Kupang antara lain faktor pendapatan, daya tarik, waktu luang dan aksesibilitas. Masalah lainnya adalah tidak tersedianya fasilitias seperti kamar mandi, sarana olahraga, tidak adanya lopo serta WC umum yang tidak layak dan infrastruk jalan masuk ke lokasi objek wisata yang rusak

Pengembangan pariwisata di Kota Kupang yang penuh dengan dinamika dan tantangan telah dilakukan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Pembangunan ini memerlukan perencanaan yang disusun secara konkrit dengan mempertimbangkan potensi yang ada, kekuatan serta keterbatasan tapi mempunyai tujuan, sasaran serta arah yang jelas dengan langkah-langkah strategis dan program yang tersusun baik karena ditunjang oleh data yang akurat. Semua ini membutuhkan perhitungan dengan sumber-sumber dana yang realistik. Perencanaan ini akan memfokuskan pada pembangunan ekowisata di Kota Kupang yang mempunyai banyak objek wisata sehingga perlu dilakukan wisata berwawasan lingkungan (seperti hal pertanian, pertokoan dan pengelolaannya). Jika pariwisata tidak dimasukkan pada rencana pembangunan suatu daerah, maka perlu diorganisir sendiri dan dikembangkan berdasarkan rencana pengembangan pariwisata yang ada. Rencana ini belum berdasarkan koordinasi dari sektor pariwisata  melakukan permintaan untuk memproduksi atau menjual serta mempromosi pariwisata. Proses dari pergantian pariwisata tergantung pada sektor silang yang luas, dari partisipasi yang mungkin membawa industri dan pengembangan proses pariwisata lebih baik.

Dalam mengembangkan industri pariwisata, sesungguhnya banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, baik sarana maupun prasarana. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain transportasi (darat, laut, udarah), rumah makan, pusat informasi, pusat perbelanjaan, sarana telekomunikasi dan jasa yang tidak kalah pentingnya yaitu penginapan (Hotel).

Melihat potensi yang tinggi maka pemerintah dan stakeholder yang terkait harus mencari solusi apa yang bisa dibuat untuk mengurangi angka kemiskinan. Salah satu bentuk ekowisata di Kota Kupang yaitu hasil pertanian dan kelautan. Di lihat dari hasil pertanian utama masyarakat Kota Kupang yaitu, padi dapat ditemui begitu luasnya lahan (sawah) yang beralokasi dibelakang Kantor Gubernur atau di belakang area perbelanjaan Ramayana Mall.

Keunggulan lain yang dijadikan faktor pendukung pengembangan ekowisata di Kota Kupang lainnya yaitu atraksi. Atraksi alam yang menjadi keunggulan Kota Kupang atraksi pembuatan gula lempeng dari buah tuak, yang dimulai dari tahap memetik, meracik sampai memasak menjadi gula lempeng yang siap untuk dipasarkan. Atraksi seperti ini dapat kita temui di Lasiana dan Oesapa.

Melihat begitu banyak potensi alam yang ada, masih bisa kita temui masala-masalah yang dapat menghambat ekowisata dilihat dari ketiga aspek di atas. Masalah-masalah tersebut misalnya pada lokasi persawahan, pengairan mulai berkurang pada musim-musim tertentu walaupun di sekitar lokasi terdapat mata air bersih yang sering diambil untuk di jual (tangki), sehingga pada bulan-bulan tertentu area persawahan tersebut menjadi kering.

Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa Kota Kupang memiliki potensi yang begitu banyak akan tetapi belum mendapat perhatian yang serius dari pihak Pemerintah Daerah sehingga tidak memberikan dukungan pada pertumbuhan ekonomi yang sampai saat ini masih dikelilingi masyarakat yang kurang mampu. Begitu banyak potensi di Kota Kupang yang memiliki keunikan dan keunggulan, akan tetapi sampai saat ini pihak pemerintah belum memberikan perhatian dalam upaya pembenahan pada infrastruktur serta fasilitas yang tersedia di lokasi wisata. Potensi hutan, kebun, sawah, laut dengan keanekaragaman hayati dan keunikan ekosistem yang ada di dalamnya belum dipandang sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan, bukan hanya bermanfaat secara ekonomi namun juga akan menjaga keberlanjutan hidup.

Ekowisata merupakan suatu modal pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (dan segala bentuk budaya yang menyertai) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan, dan pemahaman yang baik untuk dapat mengembangkan potensi yang ada kepada masyarakat setempat objek wisata tersebut. Ekowisata sendiri juga merupakan salah satu bentuk wisata khusus atau perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (TIES : 2000).

Dari penjelasan ekowisata di atas dapat dilihat bahwa pengembangan ekowisata di kota Kupang akan nmemberikan suatu poin penting untuk prospek yang baik kedepan serta dapat melestarikan lingkungan dan kesejahteraan penduduk setempat. Seperti objek wisata yang ada di sekitar lakosi tersebut serta dapat memperlancarkan arus kunjungan wisatwan dan dapat mempromosikan ke luar daerah.

Menariknya fenomena tersebut, maka penulis membuat dan tertarik untuk mengajukan judul sebagai berikut: “Analisis Prospek Potensi Ekowisata  Di  Kota  Kupang”.

 

 

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan rangkaian urian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Prospek Potensi Ekowisata Di Kota Kupang?”.

 

  1. Tujuan Dan Kegunaan
    1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

  1. Untuk Mengidentifikasi Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang?
  2. Untuk Menganalisis Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang?
    1. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

  1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam membuat kebijakan pengembangan yang berhubungan dengan sektor Ekowisata di Kota Kupang.
  2. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan di bidang pariwisata.
  3. Sebagai bahan untuk menambah wawasan penulis dalam rangka mengembangan ilmu pengatahuan yang dimiliki.

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

 

  1.   Kajian Empirik

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gatur Murniatno, dkk tentang “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial daerah Istimewa Yogyakarta” menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata di daerah Istimewa Yogyakarta membawa dampak terhadap kehidupan sosial  budaya. Diantara dampak yang menonjol adalah terhadap kehidupan ekonomi. Dampak terhadap teknologi lebih bersifat alih fungsi dan mode baru sebagai upaya mengimbangi selera wisatawan. Kemudian terhadap perilaku masyarakat yang mempunyai kesempatan berhubungan dengan wisatawan.

Tarumingkeng (Penanggung Jawab), Zahrial Coto. Konsep ekoturisme bermula dari para konservasionis sebagai suatu strategi konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Konsep ini kemudian berkembang begitu cepat keberbagai belahan dunia sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian sumberdaya alam dan ekosistemnya. Pola hidup back to nature telah menjadi gaya hidup dan kebanggakan masyarakat modern saat ini. “Posisi geografi taman nasional sebagai tujuan utama ekowisata di pesisir lautan, pegunungan dan yang tersebar di berbagai wilayah nusantara. Memiliki kedudukan penting untuk menyokong ketahanan nasional, meliputi gatra geografi, kekayaan alam, demografi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Lebih dari itu buku ini juga menyajikan manajemen nasional pariwisata.”

Muladi SH. (Mantan Gubernur Lemhannas RI) “Penduduk lokal di berbagai pelosok wilayah nusantara di pesisir atau pegunungan, memiliki ketangguhan budaya. Buku ini menjelaskan peran ekowisata untuk memelihara keberlanjutan budaya dan menjanjikan kesejahteraan ekonomi bagi penduduk.

Dari pemaparan di atas ekowisata merupakan suatu sumberdaya alam yang perlu di pelihara dan di kembangkan untuk dapat dinikmati oleh wisatawan dan masyarakat itu sendiri.

 

  1. Tinjauan Pustaka

Dalam kajian pustaka ini, penulis dapat mengemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan judul penelitian  ini adalah sebagai berikut:

  1. Pengertian Pariwisata

Secara geografis Indonesia merupakan suatu negara yang luas wilayahnya, dengan kekayaan alam dan budaya yang unik berupa aset-aset pariwisata yang tersebar pada seluruh Nusantara. Keberadaan seluruh aset merupakan potensi pariwisata yang mendatangkan devisa bagi negara terutama masyarakat setempat. Melihat fungsi yang konstruktif bagi bangsa dan masyarakat setempat, maka pariwisata memiliki konsep untuk defenisi yang jelas.

Pariwisata merupakan bentukan dari dua suku kata, yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari artinya, berputar-putar, lengkap. Sedangkan wisata adalah bepergian atau melakukan perjalanan. Jadi, secara harafiah pariwisata berarti perjalanan yang lengkap. Lengkap berarti perjalanan melalui dari tempat asal menuju ke tempat yang dituju dan melakukan persinggahan semetara di tempat tujuan tersebut, lalu kembali ke tempat asalnya (Depparpostel : 3).

Direktoral Jenderal Pariwisata, Departemen Pos, dan Telekomunikasi, mengemukakan dua batasan pariwisata yakni pengertian pariwisata bersifat umum dan pengertian pariwisata yanng bersifat teknis (Depperpostel,1995:9-10). Pengertian pariwisata yang bersifat umum adalah keseluruhan kegiatan pemerintah dalam dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. Sedangkan pengertian secara teknis adalah, rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau negara lain dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Dari uiraian di atas pariwisata merupakan perjalanan melalui dari tempat asal menuju ke tempat yang dituju dan melakukan persinggahan semetara di tempat tujuan.

Pariwisata menurut Yoeti (1997:22) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk berusaha mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.

Menurut Samsuridjal dan Kaelany (1997:3), cakupan manfaat berwisata itu dapat dilihat dari dua motivasi atau dorongan, yaitu bermanfaat berwisata yang bersifat umum (yang berlaku juga untuk wisatawan mancanegara), dan manfaat berwisata khusus (untuk wisatawan domestik). Manfaat bersifat umum dimana umumnya orang berwisata bertujuan utnuk lepas dari rasa lelah dan dari kegiatan rutin sehari-hari. Namun, bila di tetliti motivasinya dapat berbeda-beda. Ada yang berwisata karena semata-mata menghindari ketegangan akibat pekerjaan. Tetapi, ada pula yang ingin memenuhi kepuasan intektualnya. Bagi kalangan tertentu, berwisata sering diartikan mencari suasana baru yang sama sekali berlainan dengan kehidupan sehari-hari. Samsuridjal dan Kaelany lebih lanjut menegaskan bahwa manfaat wisata bagi wiatawan domestik adalah dapat melibatkan berbagai nilai pengaruh hidup antara lain berupa : (a) timbulnya rasa cinta tanah air, (b) menghilangkan rasa kedaerahan / kesukuan yang berlebihan, (c) memperluas penggunaan lahan nasional, (d) memanjukan ekonomi dan membantu pemerataan pembangunan daerah, dan (e) membantu timbulnya budaya Indonesia.

Berbagai asumsi tersebut, menerangkan bahwa berwisata selain untuk sarana hiburan pribadi, tetapi keberadaannya dapat pula memberi pengaruh konstruktif bagi petumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja sebagai proses kepedulian budaya bangsa.

 

 

  1. Pengertian Ekowisata

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Kemudian, ekowisata didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).

Ekowisata menurut Alan A. Leq (1996), adalah kegiatan petualangan, wisata alam, budaya dan alternatif yang mempunyai karakteristik:

Dari pengertian diatas, menunjukkan bahwa wisatawan melakukan perjalanan tidak saja untuk bersenang-senang melainkan melakukan dan menikmati aktivitas yang berkatian dengan lingkungan alam dan melibatkan masyarakat disekitar kawasan objek wisata.

Adanya pertimbangan yang kuat pada lingkungan dan budaya lokal antara lain sebagai berikut:

  1. Kontribusi positif pada lingkungan dan sosial ekonomi lokal.
  2. Pendidikan dan pemahaman, baik untuk penyedia jasa maupun pengunjung.
  3. Mengenai konservasi alam dan lingkungan.

Menurut Honey dan Hakim (2004:54-56), memberikan kriteria-kriteria sebuah aktivitas ekowisata. Dalam aktivitasnya, ekowisata harus harus menjawab dan menjukkan parameter berikut :

  1. Perjalanan ke kawasan alamiah.

Kawasan alamiah yang dimaksud adalah kawasan dengan kekayaan hayati dan bentang alam yang indah, unik dan kaya.

  1. Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan rendah

Dampak yang diakibatkan oleh wisata jenis ini, harus di tekan sekecil mungkin. Dampak dihasilkan dari pengelola wisata, wisatawan, pengelola hotel, penginapan dan restoran.

  1. Membangun kepedulian terhadap lingkungan

Tujuan aktivitas ini pada dasarnya untuk mempromosikan kekayaan hayati dihabitat aslinya dan melakukan pendidikan konservasi secara langsung.

  1. Memberikan dampak keuntungan ekowisata secara langsung bagi konservasi.

Ekowisata dengan sebuah mekanisme tertentu, harus mampu menyumbangkan aliran dana dari penyelenggaraannya untuk melakukan konservasi habitat.

  1. Memberikan dampak keuangan pemberdayaan masyarakat lokal.

Masyarakat lokal harus mendapatkan manfaat dari aktivitas wisata dan di kebangkan, seperti senitasi, pendidikan, perbaikan ekonomi, dan dampak-dampak lainnya.

  1. Adanya penghargaan terhadap budaya setempat

Budaya masyarakat lokal, biadanya unik bagi wisatawan dan menjadi kegiatan dari atraksi wisata. Budaya ini telah berkembang dalam jangka waktu yang lama sebagai bagian dari strategi masyarakat lokal untuk hidup dalam lingkungan sekitarnya.

  1. Mendukung hak asasi manusia dan gerakan demokrasi.

Pada dasarnya, penduduk setempat merupakan masyarakat yang selama bertahun-tahun berinterkasi dengan lingkungan sekitar destinasi wisata. Beberapa kelompok masyarkat secara tradisional masih tergantung pada sumber daya hutan, pesisir dan laut.

Dari beberapa pengertian tentang ekowisata di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi atau sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.

  1. Konsep Ekowisata Dengan Keberlangsungan Destinasi

Daya dukung lingkungan merupakan alat yang dipakai untuk mengukur sejauh mana sebuah destinasi (tempat tujuan wisata) dapat berkelanjutan dengan memiliki potensi yang ada dan dikembangkan maka destinasi berkelanjutan dapat dikembangkan. Menurut Mc Minn (1997) dan NWHO (1999) dalam Weber dan Damanik (2004:170), wisata yang mempunyai dampak minimal terhadap lingkungan memberikan dampak yang menguntungkan bagi komunitas atau masyarakat lokal, serta memberikan pendidikan konservasi bagi pengunjung.

Pengelolaan pengunjung merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai destinasi yang berkelanjutan. Fennd dan Eagles (1990) dalam Weber dan Damanik  (2004:175) menyarankan adanya 6 (enam) prinsip penting yang harus dipenuhi oleh pengunjung dalam penyelenggaraan ekowisata berkaitan dengan keberlangsungan destinasi sebagai berikut :

  1. Pengunujung harus semaksimal mungkin berusaha meniadakan dampak negatif dari kehadiran mereka terhadap lingkungan destinasi wisata dan penduduk lokal.
  2. Seharusnya, pengunjung melakukan perjalanan wisata ini dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap alam dan keunikan budaya lokal.
  3. Pengunjung ikut membantu memaksimalkan partisipasi awal dalam jangka panjang dari masyarakat lokal, dalam proses pembuatan keputusan yang menyangkut penyelenggaraan ekowisata.
  4. Selayaknya, pengunjung memberikan kontribusi terhadapa usaha-usaha konservasi daerah yang dilindungi.
  5. Seharusnya, pengunjung memberikan keuntungan ekonomi dibandingkan suku dan mengalihkan masyarakat setempat  dari pekerjaan tradisional.
  6. Sepatutnya, pengunjung membuka peluang bagi masyarakat lokal dan pekerja wisata untuk memanfaatkan keindahan sumber daya alam.

Dari konsep-konsep diatas, sangat jelas tergambarkan bahwa untuk mencapai destinasi wisata yang berkelanjutan, dibutuhkan integritas ekologis sebagai usaha mencapai visi pembangunan berkelanjutan.

  1. Segmen Pasar Potensial Dengan Karakteristik Kebutuhannya.

Secara umum, pasar dimaknai sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran atau konsumen dan produsen. Pasar tidak selalu berarti sebuah tempat, misalnya Asean Toutrism Forum (AFT) atau Event Travel Mart yang banyak muncul akhir-akhir ini. Sedangkan menurut Wahab (2003:156), pasar merupakan suatu bentuk hubungan antara pembeli dan penjual secara melembaga dan teknis, yang pada tempat dan waktu tertentu. Sedangkan pasar wisata adalah suatu pasar yang hukum dasar tentang ekonomi pasarnya memajukan suatu peranan yang dominan. Alasannya terletak pada kenyataan bahwa pariwisata mencakup perpindahan orang-orang yang mencari produk wisata. Dilihat dari sisi penawaran, pasar wisata terdiri dari, 3 (tiga) bagian Freyer dalam Weber dan Damanik (2006:14)  yaitu :

 

  1. Pasar Primer.

Mencakup pasar akomodasi, pasar transportasi, pasar biro perjalanan, dan tour operator, pasar pemandu wisata dan pasar atraksi, atau pertunjukan wisata.

  1. Pasar Sekunder

Meliputi pasar barang cendera mata, penukaran uang, rental kendaraan, asuransi perjalanan.

  1. Pasar Tersier

Terdiri dari pasar jasa fotografi, buku panduan wisata, pengiriman barang kebutuhan hotel.    

Sedangkan  dari sisi permintaan, pasar wisata terdiri dari pasar wisata bisnis, pasar wisata berlibur, olahraga, pendidikan dan lain-lain. Pasar wisata dari sisi penawaran dan permintaan ini, pada dasarnya dikemas dalam bentuk ekowisata. Pasar lebih merupakan suatu jembatan antara produsen dan konsumen.

Ditingkat global, pertumbuhan ekowisata tercatat jauh lebih tinggi dari pasar wisata secara keseluruhan. Berdasarkan analisis TIES (2000) pertumbuhan ekowisata berkisar antara 10-30 % per tahun, sedangkan pertumbuhan wisatawan secara keseluruhan hanya 4 %.  Di Indonesia diperkirakan sekitar  25 % wisatawan pada tahun 1996 merupakan ekowisawan (ecotourist), statistik ini menunjukkan bahwa pergeseran perilaku pasar wisata sedang berlangsung saat ini dan ekowisata di perkirakan akan menjadi pasar wisata yang sangat prospektif masa depan.

 

  1. Keterlibatan Berbagai Pihak (Stakeholders) di Dalam Pengelolaan Objek Wissata.

Keterlibatan berbagai pihak dalam pengelolaan objek wisaa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap arus kunjungan wisatawan. Hal ini jelas berpatokan pada tinggi rendah arus kunjungan wisatawan, sebagian yang tidak dapat dipisahkan dengan daya tarik objek wisata.

Menurut Rindjin (2004:9) mengartikan stakeholders sebagai pihak-pihak atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan, keputusan, kebijakan, praktek atau tujuan organisasi. Ridjin membagi stakeholders itu dalam 6 (enam) kelompok yaitu :

  1. Pelanggan, yaitu pihak yang membeli barang dan jasa, sehingga perusahaan sangat tergantung padanya.
  2. Pekerja, kepada pekerja perusahaan bertanggung jawab atas beberapa tugas antara lain memberikan pelajaran dan imbalan yang memperbaiki kondisi kehidupan mereka, menyediakan kondisi kerja yang memenuhi syarat dan mengajak bermusyawarah bahwa bila mana terjadi konflik.
  3. Pemegang saham, pihak manajemen memiliki tanggung jawab atas kepercayaan yang di berikan untuk memperoleh perusahaan, diantaranya menerapkan manajemen yang profesional dan tekun guna memperoleh keuntungan yang wajar dan kompetitif atas modal yang ditanamkan , menghemat dan melindungi serta menumbuhkan aset-aset invesstor.
  4. Pemasok, hubungan perusahaan dengan pemasok dan sub kontraktor harus di dasarkan pada sikap saling menghormati, perusahaan bertanggung jawab untuk mengusahakan terwujudnya prinsip keadilan dan kejujuran dalam semnua aktivitas, baik dalam menentukan harga, pemberian lisensi, dan hak-hak untuk menjual.
  5. Pesaing, persaingan ekonomi secara wajar merupakan satu tujuan dasar bagi tumbuhnya kesejahteraan bangsa. Karena itu setiap perusahaan harus menghormati persaingan dan bertanggung jawab untuk mengembangkan pasar terbuka bagi perdagangan dan investor.
  6. Masyarakat, perusahaan bertanggung jawab kepada masyarakat dalam hal menghormati Hak Asasi Manusia dan lembaga-lembaga Demokrasi dan mengembangkan pelaksanaannya.

 

  1. Prospek Ekowisata.

Dukungan Konstitusional. Dalam Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan terdapat beberapa pasal dan ayat yang mendukung keberadaan dan pengembangan ekowisata. Hal ini menujukkan political will dalam mendukung pengembangan pariwisata, khususnya ekowisata. Untuk lebih jelasnya penulis cantumkan pasal-pasal sebagai berikut :

  1. Pasal 4

Kepariwistaan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi;

c. Menghapus kemiskinan;

d. Mengatasi pengangguran;

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. Memajukan kebudayaan;

g. Mengangkat citra bangsa;

h. Memupuk rasa cinta tanah air;

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan

j. Mempererat persahabatan antarbangsa.

Dari kesepuluh tujuan tersebut secara eksplisit terdapat dalam huruf (e) berhubungan langsung dengan ekowisata. Sementara secara implisit terdapat pada huruf-huruf lainnya.

  1. Pasal 6

Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.

 

  1. Pasal 12
  1. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek:
  1. sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata;
  2. Potensi pasar;
  3. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;
  4. Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
  5. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;
  6. Kesiapan dan dukungan masyarakat; dan
  7. Kekhususan dari wilayah.
  1. Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
  2. Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat.

 

  1. Pasal 14

Usaha Pariwisata meliputi, antara lain:

  1. Daya Tarik Wisata;
  2. Kawasan Pariwisata;
  3. Jasa Transportasi Wisata;
  4. Jasa Perjalanan Wisata;
  5. Jasa Makanan Dan Minuman;
  6. Penyediaan Akomodasi;
  7. Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan Dan Rekreasi
  8. Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, dan Pameran;
  9. Jasa Informasi Pariwisata;
  10. Jasa Konsultan Pariwisata;
  11. Jasa Pramuwisata;
  12. Wisatatirta; dan
  13. Spa.

Secara eksplisit ekowisata tertera pada huruf (a), (b), dan (l). sementara secara implisit terdapat pada huruf-huruf lainnya. Dalam mengembangkan potensi ekowisata yang ada maka yang harus di utamakan adalah suatu perubahan demi kelancaran arus kunjungan wisatawan sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi daerah ini dan bahkan untuk masyarakat sekitar lokasi wisata. Untuk itu, yang harus di perhatikan bersama antara pihak pemerintah khususnya pemerintah dinas pariwisata yaitu harus menggunakan 4T yaitu antara lain:

  1. Tourism
  2. Telecommunication
  3. Technology
  4. Transportation
    1.   Prospek Utama Pengembangan Ekowisata Di Kota Kupang.

Dalam mengembangkan  ekowisata di atas menggambarkan bahwa kegiatan pengelolaan ekowisata dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu dari sisi industri jasa dan sisi pengunjung. Industri jasa meliputi tour operation untuk mandatangkan pengunjung ke obyek ekowisata dalam berbagai bentuk perjalanan seperti nature travel, adventure travel, and cultural travel. Penanganan perjalanan tersebut dapat dilakukan oleh pengelola obyek ekowisata itu sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain, seperti biro perjalanan, klub-klub atau usaha-usaha yang bergerak dalam outbond training.

Resources Management merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya (alam) yang digunakan dalam kegiatan ekowisata. Agar manajemen sumber daya ini dapat berjalan dengan efektif, efisien dan menjamin keberlanjutan lokasi diperlukan berbagai kompetensi. Pengelolaan sumber daya dalam konteks ini analogis dengan perencanaan dan pengembangan produk yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pengunjung obyek ekowisata sebagai pelanggan atau konsumen menginginkan kondisi obyek yang lestari dan justru kondisi alamiah suatu obyek ekowisata seperti itulah yang menjadi keunikan obyek yang bersangkutan.

Community Development merupakan suatu strategi dan sekaligus program kerja untuk mendukung eksistensi ekowisata. Keterlibatan masyarakat lokal mulai dari perencanaan dapat membantu meningkatkan citra suatu obyek karena mereka turut serta menjadi host yang baik dan ramah. Dari sisi pengunjung terdapat tiga aspek penting yaitu marketing, visitor management dan visitor attitudes. Dalam konteks ini marketing (pemasaran) meliputi berbagai strategi untuk mendatangkan pengunjung. Dalam konteks ini pengelola ekowisata dapat menerapkan berbagai strategi dan program pemasaran dengan menyesuaikan dengan produk yang dipasarkan yaitu lokasi obyek ekowisata. Kiat-kiatnya dapat dirumuskan oleh tim yang ditugaskan untuk itu. Namun perlu disampaikan bahwa pemasaran ekowisata menuntut banyak kreativitas tanpa mengabaikan karakteristik obyek yang dipasarkan sebagai core product.

Visitor Management menyangkut pengelolaan dan pengaturan pengunjung agar selalu sesuai dengan effective carrying capacity suatu lokasi ekowisata. Di samping itu pengaturan pengunjung dengan baik akan meningkatkan mutu estetika lingkungan, terutama ketika pengunjung ramai (peak season). Kedatangan pengunjung yang tidak melampau effective carrying capacity akan dapat menghindari terjadinya kerusakan lokasi secara perlahan-lahan. Perlu selalu diingat bahwa pengunjung yang datang ke lokasi obyek ekowisata pada umumnya aktif, dinamis dan memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda. Untuk itu perlu tindakan preverentif melalui sistem dan mekanisme pengaturan pengunjung dengan baik. Oleh karena itu diperlukan orang-orang yang memiliki kompetensi yang memadai dan sesuai dengan tugas yang diembannya.

Visitor Attitudes (sikap pengunjung) merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh pengelola ekowisata. Sikap pengunjung sangat berperan dalam memajukan suatu ekowisata. Secara praktis pengelola tidak mungkin mengawasi para pengunjung secara individual. Oleh karena itu pengunjung perlu diedukasi melalui berbagai cara mulai dari yang sederhana seperti pembuatan papan-papan pengumuman di berbagai sudut lokasi yang strategis hingga melaksanakan penyuluhan langsung. Hal ini perlu untuk membangkitkan rasa ikut bertanggungjawab atas keberadaan ekowisata yang bersangkutan . Dari perspektif ketiga kegiatan tersebut bila kita mengacu pada kerangka kerja di atas, berbagai kompetensi diperlukan agar suatu obyek ekowisata dapat bertahan dan berjalan dengan baik sesuai dengan hakekat ekowisata seperti diuraikan pada bagian awal makalah ini. Berdasarkan kerangka kerja sekaligus prospek ekowisata tersebut, tiga unsur dalam aspek service industry saling mendukung dan berkorelasi untuk meningkatkan daya tarik obyek ekowisata. Demikian pula tiga unsur dalam aspek visitor saling mendukung dan berkorelasi untuk menarik pengunjung ke suatu obyek ekowisata karena unsur tersebut secara sinergis dapat mendorong menggerakkan kunjungan ke obyek ekowisata (resource tour). Bahkan dengan sendirinya Kota Kupang akan dikenal banyak wisatawan dengan ekowisata yang ada.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis SWOT untuk menganalisis Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang, dimana SWOT merupakan alat analisis Populer untuk menganalisis situasi atau kondisi terbaru yang dihadapi oleh suatu perusahaan.

Menurut Rangkuti F (1999:18), Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunites), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

Lingkungan eksternal dan internal suatu lembaga erat dalam kelangsungan kegiatan dan keberhasilan kinerja suatu lembaga. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang tidak dapat dikontrol, tetapi dapat mempengaruhi kegiatan lembaga, sedangkan lingkungan internal adalah lingkungan dalam lembaga yang dapat dikontrol, sehingga merupakan strategi keunggulan lembaga (Rangkuti F 1999:27). Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan peluang dan ancaman eksternal, serta pertemuan dengan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategi.

  1. Kerangka Pemikiran

Pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi karena kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional. Seperti pembangunan serta pengembangan ekowisata yang diupayakan melalui pelestarian kebudayaan serta pemanfaatan baik hasil pertanian dan area persawahan maupun hasil perikanan yang ada merupakan salah satu cara pengembangan potensi ekowisata yang ada di Kota Kupang.

Untuk itu prospek atau pengembangan ekowisata ke depan tentu adanya kerjasama yang baik antar pihak pemerintah, swasta dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan suatu pola kehidupan yang baik bagi Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Kota Kupang secara khusus. Di Kota Kupang atraksi wisata alam dan budaya dapat dijadikan sebagai salah satu produk wisata yang dapat dipasarkan guna mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi di Kota Kupang. Ketersediaan fasilitas di tempat objek wisata juga sangat mendukung kenyamanan dan kepuasan dari wisatawan. Selain fasilitas, infrastruktur yang juga merupakan faktor sarana penunjang yang memegang peranan penting, seperti jalan raya.

Menurut bdkn Gunn, (2004: 247-8), atraksi atau sumberdaya alam dan budaya. Atraksi alam misalnya sungai yang jernih dan mengalir deras sepanjang tahun cukup terjangkau sehingga dapat digunakan untuk kegiatan arung jeram dan memancing. Hutan alam dengan kekayaan flora yang unik (Misalnya Pepohonan Nyiur dan Lontar yang ada di pantai Lasiana) atau dengan berbagai fauna (Misalnya orang utan) dapat dijelajahi dengan mudah.

Pembangunan dan pengembangan suatu objek wisata juga harus dirancang dengan berpatokan pada potensi daya tarik wisata yang dimiliki objek wisata tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi 3 (tiga) prospek potensi, yaitu potensi budaya, potensi sumber daya manusia, Peningkatan Promosi.  Potensi budaya merupakan suatu sejarah yang dapat di nikmati oleh wisatawan ketika mengunjungi situs-situs budaya atau peninggalan sejarah dan disamping itu juga wisatawan dapat menyaksikan atraksi yang dapat ditonton dan penyajiannya tidak membutuhkan biaya.

Dalam upaya prospek pengembangan lokasi objek-objek ekowisata dibutuhkan potensi sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan yang dapat diandalkan sehingga terjadi interaksi langsung dan komunikasi yang baik dalam sautu perancanaan sampai pada pengembangannya. Penyusunan strategi pemasaran, Promosi, Pengembangan pasar. Prospek pengelolaan kawasan obyek wisata merupakan panduan tertulis pengelolaan habitat, kegiatan, peruntuka kawasan, pengorganisasian dan monitoring dalam rangka menjamin kelestarian fungsi kawasan. Pengembangan ekowisata yang merupakan salah satu kegiatan yang diperkenankan untuk dilakukan didalam kawasan obyek wisata budaya dan wisata alam, dengan demikian harus sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.

 Menurut Damanik dan Weber (2004:209), Peningkatan promosi untuk proyek ekowisata yang direncanakan merupakan hal baru atau mungkin lanjutan yang sudah ada, namun promosi tetap dijadikan sebagai salah satu rekomendasi penting. Media promosi juga perlu dinyatakan secara khusus, misalnya apakah melalui teknologi informasi, televisi, media cetak, dan sebagainya.  Jadi dengan adanya promosi ini maka semua objek ekowisata yang ada dapat dikenal oleh banyak orang.

 

 

Gambar 1

 Bagan Kerangka Pemikiran

 

Rounded Rectangle: Potensi Budaya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 


BAB III

METODE PENELITIAN

 

  1. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Potensi Ekowisata di Kota Kupang yang dapat dikembangankan. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 2 (dua) Kecematan yaitu Kecamatan Oebobo dan Kecamatan Kelapa Lima, yang terdiri dari 2 (dua) Kelurahan yaitu antara lain, Kelurahan Oebufu dan Kelurahan Lasiana Kupang.

  1. Defenisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah Prospek Potensi Ekowisata yakni keunggulan dari sumber daya pariwisata yang ada berupa potensi budaya, potensi sumber daya manusia dan peningkatan promosi dimanfaatkan untuk pengembangan Ekowisata di Kota Kupang.

Tabel Variabel Penelitian :

NO

PROSPEK POTENSI

VARIABEL

INDIKATOR

1

POTENSI BUDAYA

Potensi budaya merupakan suatu sejarah yang dapat di nikmati oleh wisatawan ketika mengunjungi situs-situs budaya atau peninggalan sejarah dan disamping itu juga wisatawan dapat menyaksikan atraksi yang dapat ditonton dan penyajiannya tidak membutuhkan biaya.             

Lokasi, Jenis, jumlah, mutu,  masalah, daya tarik

 

2

POTENSI SDM

Potensi Sumber Daya Manusia

Meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan. Dalam upaya prospek pengembangan lokasi objek-objek ekowisata dibutuhkan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan sehingga terjadi interaksi langsung dan komunikasi yang baik dalam sautu perancanaan sampai pada pengembangannya.

Tersedianya pengelola dan pemandu yang  profesional.

3

PENINGKATAN PROMOSI

Peningkatan Promosi

Promosi dilakukan untuk memperkenalkan objek ekowisata sehingga dapat dikenalk oleh banyak orang dan para wisatawan pun dapat mengetahui serta mereka dapat berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut.

Moda Promosi, Kehumasan, Publisitas.

 

 

 

 

 

  1. Populasi dan Sampel
  1. Populasi, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh objek ekowisata potensial yang ada di Kota Kupang termasuk di dalamnya semua pihak yang terlibat dalam pengembangan objek wisata, diantaranya Pemerintah, pihak pengelola/swasta, pengrajin souvenir, masyarakat setempat serta wisatawan yang berkunjung pada saat penelitian ini dilakukan.
  2. Sampel, sampel dalam penelitian ini adalah beberapa bagian dari populasi penelitian ini. Penarikan sampel dilakukan dengan mengelompokan yaitu sampel diambil berdasarkan pada daerah   populasi yang ditetapkan. Penarikan sampel dilakukan menggunakan claster sampling (area sampling) yaitu sampel diambil berdasarkan pada daerah populasi yang ditetapkan. Sampel diambil sebanyak 30 orang terdiri atas:

Pemerintah (Dinas Pariwisata) 1 orang, investor 1 orang, wisatawan 4 orang, Tomas (Toko Masyarakat) 4 orang, pemuda atau karang taruna 9 orang, masyarakat 9 orang, dan pihak pemerintah (Lurah) 2 orang.

  1. Jenis dan Sumber Data
  1. Data Primer : Dikumpulkan secara langsung dari para responden melalui wawancara langsung.
  2. Data Sekunder : Data yang diperoleh secara tidak langsung, yakni melalui catatan-catatan dan hasil interview serta dokumentasi yang terdapat pada instansi terkait yang memiliki relasi dengan objek wisata dalam penelitian ini.

Sebagai upaya penulis untuk melengkapi pengumpulan data dalam penelitian ini, juga mengunakan informasi yang diambil dari beberapa tokoh masyarakat.

  1. Teknik Pengumpulan Data
  1. Wawancara : Wawancara yang dilakukan terhadap respon dan semua pihak yang terkait dengan masalah yang akan diteliti agar dapat mengungkap fakta yang terjadi di lapangan.
  2. Observasi : Observasi merupakan teknik pengumpulan data berupa pengamatan yakni dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
  3. Kuesioner : dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan mengenai Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang.
    1. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah deskriptif kualitatif dimana data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT, yaitu dengan melihat kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), ancaman (threats) Ekowisata di Kota Kupang.

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. GAMBARAN UMUM KOTA KUPANG
    1. Sejarah Singkat

Asal mula nama Kupang sesungguhnya diambil dari nama Raja Helong “Nai Koepan” atau “Lai Koepan” yang menguasai dan memerintah wilayah ini sebelum kedatangan Bangsa Barat (Portugis dan Belanda). Sebelum kedatangan kekuasaan Asing pada abad 16 (tahun 1561) di Kota Kupang telah ada Pemerintah Helong yang dipimpin oleh Raja bernama Koen Lai Bissi. Tanggal 29 Desember 1645 Padri Portugis yang bernama Antonio Desao Jasinto mendarat di Kupang selanjutnya membangun benteng pertahanan yang disebut Ford Concordia yang sekarang ditempati Batalyon Infantri 743 Kodam Udayana.

Pada tahun 1653 VOC Belanda merebut benteng Concordia dan menempatkan Openhoof J. Van Der Haiden  sebagai pimpinan. Tanggal 23 April 1886 oleh Residen Greeve ditetapkan batas Kota Kupang seluas 2 kmyang diumumkan dalam Lembaran Negara Nomor 171 Tahun 1886. Tahun 1949 Kota Kupang berstatus Heminte dengan Walikota I (Pertama) Bapak Th. Y. Messakh, (almarhum). Melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor PUD.5/16/46 tanggal 22 Oktober 1955 Kota Kupang disamakan statusnya menjadi Kecamatan, sementara penetapan Wilayah Kota Kupang ditetapkan dalam surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Nusa Tenggara Timur, Nomor 17/1969, tanggal 12 Mei 1969.

 Sesuai dengan tahapan masa kepemimpinan Kota Kupang, maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.63-2769  tahun 2002 tanggal 21 Juni 2002 tentang pengesahhan Walikota kupang, selanjutnya pada tanggal 06 Juli 2002 di lantik Bapak S. K. Lerik sebagai Walikota Kupang dan Bapak Drs. Daniel Adoe sebagai Wakil Walokota Kupang.

Selanjutnya dalam pemilihan langsung Kepala Daerah Kota Kupang tahun 2007 pasangan Drs. Daniel Adoe dan Drs. Daniel Hurek memenangkan pemilihan kemudian di lantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota Kupang periode 2007-20012 pada tanggal 01 Agustus 2007. Setalah itu Jonas Salean, S.H, M.Si dan dr.Herman Man resmi menjadi Walikota dan Wakil Walikota Kupang periode 2012-1017.  Keduanya dilantik oleh Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya atas nama Presiden RI di Gedung DPRD Kota Kupang, Rabu (1/8/2012).

  1. Kewilayaan

Wilayah Kota Kupang sesuai UU Nomor 5 tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Dati II Kupang terdiri atas 4 (empat) Kecamata dan 40 Kelurahan, dan saat ini Kota Kupang dibagi menjadi 6 (enam) Kecamatan dengan 50 Kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 60 Tahun 1995 tentang Pengukuhan Desa dan Kelurahan Persiapan menjadi Desa/Kelurahan Defenitif di Propinsi Dati II Nusa Tenggara Timur, maka ditambah 5 Kelurahan hasil pemekaran sehingga menjadi 45 Kelurahan, selanjutnya pada tahun 2006 dengan memprtimbangkan aspek jangkauan dan efektifitas layanan, maka Pemerintah Kota Kupang melakukan pemekaran 3 wilayah Kelurahan menjadi 6 Kelurahan sehingga bertambah menjadi 50 Kelurahan dengan rincian sebagai berikut :

  1. Kecamatan Alak                     : 12 Kelurahan
  2. Kecamatan Kelapa Lima         : 5 Kelurahan
  3. Kecamatan Kota Lama           : 10 Kelurahan
  4. Kecamatan Kota Raja             : 8 Kelurahan
  5. Kecamatan Maulafa                : 9 Kelurahan
  6. Kecamatan Oebobo                : 7 Kelurahan

(sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Kupang)

  1. Letak dan Luas

Dilihat dari aspek astronomis, Kota Kupang terletak pada bagian:

Utara               : 10°36’14” Lintang Selatan

Selatan                        : 10°39’58” Lintang Selatan

Timur               : 123°32’23” Bujur Timur

Barat               : 123°37’01” Bujur Timur

(sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Kupang)

Sedangkan dari aspek geografis, Kota Kupang berada di ujung barat Pulau Timor, dekat dengan Negara Timor Leste, berhadapan dengan Australia Bagian Utara. Posisi ini menempatkan Kota Kupang sebagai satu-satunya Ibukota Propinsi yang terletak dibagian paling Selatan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan sendirinya, perkembangan Kota Kupang ke depan akan menjadi pintu gerbang masuk-keluar/arus lalu lintas (entry and exit gate) orang, barang dan jasa tidak saja pada area lokal, regional dan nasional tetapi sudah meluas pada lingkup global.

Wilayah Kota Kupang diukur secara planimetris adalah luas daratan 180.27 Kmatau 18027 ha dan luas lautan 94,79 Km2 atau 9479 ha.

  1. Topografis

Daerah tertinggi di atas permukaan laut di bagian selatan kota yaitu 100-300 m. Daerah terendah di atas permukaan laut di bagian utara kota yaitu 0-50 m, dengan tingkat kemiringan sekitar 15%.

  1. Geologis

Pembentukan tanah terdiri dari bahan keras (batu karang) dan bahkan nonfulkanis. Bahan-bahan mediteran/rencina/liotsol terdapat di Kecamatan Kelapa Lima, Oebobo, Maulafa, Kota Lama, Kota Raja dan Alak.

  1. Batas Wilayah

Timur   : Kecamatan Kupang Tengah dan Kupang Barat Kabupaten Kupang

Barat   : Kecamatan Kupang Barat dan Selat Semau

Utara   : Teluk Kupang

Selatan            : Kecamatan Kupang Barat

  1. Iklim

Iklim kering yang dipengaruhi oleh musim angin muson dengan musim hujan pendek, sekitar bulan November-Maret dengan rata-rata udara berkisar antara 22,270C -  31,950C. Sedangkan musim kering sekitar bulan April-Oktober dengan suhu udara 29,10C – 33,40C.

  1. Gamabaran Umum Demografis

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kupang tahun 2011, penduduk Kota Kupang berjumlah 336. 239 jiwa yang terdiri dari 172. 626 laki-laki dan 163. 613 perempuan. (Sumber: BPS NTT, Kota Kupang dalam Angka 2011)

  1. Kondisi Ekonomi
  2. Potensi Unggulan Daerah

Potensi unggulan yang dapat dikembangkan di Kota Kupang:

  • Perikanan Laut
  • Pertambangan dan Penggalian: Batu Gamping dan Batu Mangan
  • Industri Pengolahan : Sektor Perikanan, Pertanian dan Peternakan
  • Pariwisata : Wisata Alam, Wisata Bahari, Wisata Budaya dan Minat Khusus
  • Industri Kerajinan: Tenun Ikat
  • Pertumbuhan Ekonomi/DPRB/Inflasi/PAD

Dalam kurun waktu Pertumbuhan Ekonomi (PE) Kota Kupang (base line RPJMD) mengalami fluktuasi yang tidak stabil. 2007 = 7,76% â-º 2008 = 7,45 % â-º 2009 =  6,13%, namun tetap terkendali pada tingkat pertumbuhan  berdasarkan asumsi RPJM Kota Kupang 2007-2012;

PDRB Kota Kupang sejak 2007 didominasi sektor Jasa, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dengan kontribusi 74,84%,, 2008: 74,99%.  2009: 76,34%.

 

  1. PROFIL RESPONDEN

Dari hasil penelitian diketahui bahwa penduduk Kota Kupang mengetahui dan memhami baik objek-objek wisata di wilyaha mereka yang bisa dikembangkan menjadi objek ekowisata di wilayah mereka. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini digunakan kuisioner sebagai instrument penelitian. Berikut ini dikemukakan profil responden berdasarkan umur, pendidikan dan jenis pekerjaan.

  1. Umur

Berdasarkan data yang dihimpun dari responden gambaran tentang umur responden yaitu tertinggi 53 tahun sedangkan umur terendah 20 tahun. Pada tabel 4.1 disajikan profil responden menurut kelompok umur sebagai berikut:

Tabel 4.1

Profil Responden Menurut Kelompok Umur

No

Umur (Tahun)

Jumlah (Orang)

Prosentase (%)

1.

20-30

19

63,33

2.

31-41

3

10

3.

42-51

5

16,67

4.

52>

3

10

 

Jumlah

30

100

Sumber: Data Primer Diolah

Pada tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa kelompok responden terbanyak (63,33%) adalah umur 20-30 tahun yakni sejumlah 19 orang. Sedangkan kelompok responden dengan prosentase yang paling kecil (10%) adalah yang berumur  31-41 dan 53 > tahun yakni masing-masing 3 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh responden adalah termasuk angkatan kerja pada kelompok umur 20-30 tahun. Biasanya sudah memasuki dunia kerja dan mempunyai tingkat kebutuhan yang tinggi.

  1. Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu komunitas dapat mewarnai pola pikir yang berkaitan terhadap perilaku orang atau komunitas tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan responden terlihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Profil Responden Menurut Kelompok Tingkatan Pendidikan

 

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Orang)

Prosentase (%)

1.

SD

2

6,67

2.

SMP

1

3,33

3.

SMA

18

60

4.

Perguruan Tinggi

9

30

 

Jumlah

30

100

            Sumber: Data Primer Diolah

Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak dengan prosentase (60%) adalah berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yaitu sebanyak 18 orang, kemudian diikuti ooleh responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi (30%) yaitu 9 orang dan berpendidikan Sekolah Dasar (6,67%) yaitu berjumlah 2 orang sedangkan sisanya berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (3,33%) yaitu berjumlah 1 orang.

Dengan demikian, hampir semua responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi walaupun ada beberapa orang responden yang tingkat pendidikannya hanya Sekolah Dasar (SD). Semakin tinggi pengetahuannya. Hal ini merupakan salah satu potensi dasar dari responden untuk dapat menangkap berbagai informasi maupun sumber lain, sehingga dapat membuat keputusan untuk melakukan perjalanan wisata tahu bersenang-senang. Tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang membedakan individu satu dengan individu yang lain dan akan memepengaruhi responden dalam menentukan pilihan untuk melakukan kegiatan rekreasi atau bersenang-senang bersama keluarga.

  1. Pekerjaan Responden

Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut. Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

 

Profil Responden Menurut Kelompok Jenis Pekerjaan

 

No

Jenis Pekerjaan

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

 

1.

Wiraswasta

9

30

2.

PNS

8

26,67

3.

Pegawai Swasta

5

16,67

4.

Petani

2

6,67

5.

Mahasiswa

6

20

 

Jumlah

30

100

                        Sumber: Data Primer Diolah

Data tabel 4.3 tersebut, menunjukkan jumlah responden terbanyak adalah yang memiliki jenis pekerjaan sebagai Wiraswasta sebanyak 30%, Wiraswasta 26,67%, Mahasiswa 20%, Pegawai Swasta 16,67% dan sisanya Petani sebanyak 6,67%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden sebagai Wiraswasta.

 

 

  1. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pengelolaan Objek Wisata Yang Dijadikan Sebagai Objek Ekowisata Di Kota Kupang.
    1. Faktor-faktor Pendukung
  1. Kota Kupang mempunyai banyak potensi sumber daya yang begitu banyak yang belum digali dan diidentifikasi serta dieksplorasi,  yang dapat dikembangkan sebagai objek dan daya tarik sebagai kota wisata
  2. Adanya perhatian dari Pemerintah Kota Kupang dalam rangka pengembangan objek wisata dan sumber daya daerah kota untuk dijadikan atraksi (objek dan daya tarik) wisata kota guna melayani keinginan wisatawan minat khusus yang ingin menikmati suasana alam kota yang relatif rame
  3. Adanya perhatian dari Pemerintah Propiinsi NTT, baik melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi maupun melauli dinas/instansi terkait lainnya seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap upaya pengembangan potensi pariwisata di Kota Kupang, yang antara lain terdapat di Persawahan di belakang Kantor Gubernur dan Ramaya Mall serta Pantai Lasiana dengan atraksi budaya pembuatan gula lempeng di lokasi tersebut.
    1. Faktor-faktor Penghambat

Beberapa hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan  kualitas sadar wisata masyarakat Kota Kupang adalah :

  1. Kurangnya intensifnya kelompok sadar wisata dari Pemerintah Kota Kupang.
  2. Rendahnya kunjungan wisatawan yang menyebabkan kurangnya motivasi masyarakat untuk mendukung pengembangan obejk wiata yang dijadikann sebagai objek ekowisata di lokasi-lokasi yang berpotensi tersebut.
  3. Terbatasnya dan kurangnya anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota untuk melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sadar wisata masyarakat di daerah atau lokasi objek wisata tersebut.
  4. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
  5. Pemahaman pemerintah dan masyarakat mengenai pariwisata masih rendah.
  6. Rendahnya kepedulian pemerintah terhadap upaya meningkatkan pengalaman wisatawan sehingga mereka tertarik untuk mengunjungi objek yang pernah dikunjunginya atau bersedia memberikan rekomendasi dan kesan kepada teman-teman dan sanak keluarga mereka.
  7. Persaingan ketat akibat persaingan perdagangan bebas
  8. Belum adanya master plan (RIPDA) yang menggambarkan strategis perancangan, pembangunan dan pengembangan, Kepariwisataan di Daerah dan konsekuensi pembangunan antar daerah.
  9. Terbatasnya service karena keterbatasan kualitas SDM.
  10. Persaingan ketat antara daerah tujuan wisata (Citra Pariwisata Daerah).
  11. Terbatasnya sarana dan prasarana objek pariwisata
  12. Terbatasnya aksesibilitas kepada objek wisata
  13. Terbataasnya jangkauan promosi dan pemasaran.
    1. Analisis Hasil Penelitian

Kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist suplay yang perlu dipersiapkan bila hendak mengembangkan industri pariwisata. Sarana dan prasarana yang ada sangat berguna agar wisatawan lebih banyak yang datang, lebih banyak menginap dan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang ia kungjungi.

Begitu banyaknya potensi dan keunggulan di Kota Kupang yang dapat dijadikan satu kebanggan dalam pengembangan industri pariwisata, akan tetapi belum begitu baik dalam pengelolaannya. Potensi yang ada di Kota Kupang tidak kalah bagusnya dengan daerah lain hanya belum mendapat perhatian serta pengelolaan yang baik dari Pemerintah. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan hasil secara berlanjut, pengembangan potensi perlu didahului dengan perencanaan yang tepat. Di berbagai daerah tujuan utama wisata utama, perencenaan serta pengembangan yang sistematis sudah diakui menjadi salah satu kunci sukses pemanfaatan den pengelolaan ekowisata.

Perencanaan strategis merupakan salah satu dari jenis perencanaan yang merupakan suatu perencanaan yang perlu dibuat oleh Pemerintah daerah dalam rangka menentukan strategis-strategis yang efektif untuk digunakan dalam mengembangkan sektor ini, karena bersifat komprehensif dalam artian lebih memfokuskan pada analisis lingkungan secara keseluruhan, baik lingkungan eksternal maupun internal.

Pembahasan hasil analisis dalam penelitian ini lebih difokuskan pada analisis Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang. Sehubungan dengan itu, maka cakupan analisis ini diifokuskan pada abjek-objek wisata yang dapat dijadikan objek ekowisata serta atraksi, baik alam maupun budaya yang merupakan potensi yang dapat dikembangkan.

Aspek dari penelitian ini akan dianalisis berdasarkan informasi yang dihimpun peneliti selama berlangsungnya kegiatan penelitian. Tentunya dengan memperhatikan dalam usaha pengembangan potensi ekowisata yang ada akan mendorong para wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun domestik untuk berkunjung ke lokasi objek ekowisata.

Berangkat dari persoalan tersebut, untuk mencari dan menentukan strategi yang perlu di tempuh Pemerintah Daerah Kota Kupang, terlebih dahulu sebelumnya dilakukan analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi pendorong, penghambat serta kemampuan membaca peluang yang ada, yang dikenal dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunit, Thread).

Adapun langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan seperti:

  1. Mengoptimalkan anggaran pariwisata untuk pengembangan seluruh potensi wisata yang ada untuk dijadikan sebagai obje ekowisata.
  2. Meningkatkan kualitas aparatur, khususnya dibidang yang kepariwisataan yang dapat mengatasi permasalah pariwisata;
  3. Meminimalisir kerusakan lingkungan yang timbul dari usaha pengembangan kawasan wisata;
  4. Mengencarkan upaya promosi-promosi wisata, yang berskla lokal, nasional maupun internasional;
  5. Suksesnya realisasi dari perencanaan pariwisata tersebut juga harus didukung oleh partisipasi masyarakat setempat serta para pelaku lepariwisataan itu sendiri.

Dari lima langkah strategis yang ada ini jika dijalankan dengan baik maka semua yang menyangkut dengan keperluan akan pengenbangan ekowisata akan berjalan dengan baik dan para wisatawan dapat menikmati setiap objek wisata yang ada.

  1. Objek-objek Wisata Yang Dapat Dijadikan Objek Ekowisata

Sesungguhnya kenanekaragaman dari objek dan daya tarik wisata yang dapat menjadi salah satu keunggulan komparatif produk pariwisata di pasar nasional. Namun demikian, harus diakui bahwa objek dan daya tarik wisata tersebut secara faktual belum memenuhi ODTW (Objek Dan Daya Tarik Wisata) tersebut hanya dapat memberikan keuntungan optimal apabila dikembangkan dan dikelola semaksimal mungkin berdasarkan hasil perencanaan yang terukur.

Dapat dijelaskan bahwa semua potensi wisata yang akan peneliti jelaskan sudah terlampir pada latar belakang penelitian tersebut. Dapat pula peneliti jelaskan bahwa pada dasarnya potensi-potensi ekowisata yang ada dapat dieksplorasi sebagai tempat wisata yang memberikan pemenuhan kebutuhan kepada wisatawan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi pengunjung. Selain itu, perlu adanya sikap keramtamahan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan objek wisata.

  1. Lokasi dan Objek Wisata Potensial Budaya di Kota Kupang

Potensi-potensi objek ekowisata yang ada di Kota Kupang tidak semua dapat dikembangkan sebagai potensi ekowisata sehingga untuk mengetahui potensi mana yang layak dikembangkan sebagai potensi ekowisata maka kepada pihak stokeholder utuk melihat potensi tersebut dan berikut ini ada dua lokasi yang dapat penulis teliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berikut ini tabel objek ekowisata di dua Kelurahan di Kota Kupang yang dapat dikembangkan yaitu:

 

 

 

 

 

Tabel 4.5

Daftar Objek Ekowisata Potensial di Dua Kelurahan

No

Kelurahan

Objek Ekowisata

 

1.

Oebufu

 

 

  1. Sawah
  1. Kebun Sayur

2.

Lasiana

  1. Proses Pembuata Gula Lempeng
  1. Pantai

3.

Oebobo

Tenun Ikat

 

Objek ekowisata yang menjadi aspek penelitian dari peneliti yaitu area persawahan dan kebun sayur yang terletak di belakang kantor Gubernur (di Kelurahan Oebufu) dan Pantai Lasiana/Atraksi Pembuatan Gula Lempaeng (di Kelurahan Lasiana) serta pengrajin tenun ikat (di Kulurahan Oebobo). Kelima objek ekowisata ini sangat bagus untuk dikembangkan apabila mendapat perhatian lebih dari pihak Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kota Kupang.

Area persawahan dan kebun sayur yang bila dikelola dengan baik menambah manfaat khususnya dibidang pendidikan. Anak-anak sekolah mulai mencari tahu awal penanaman sayur seperti sayur putih (sawi) dan sayur kangkung serta bagaimana cara menanam padi yang menghasilkan beras.

Pantai lasiana merupakan objek wisata alam yang memiliki pesisir pantai yang indah dan tidak kalah menariknya dengan pantai di daerah lain. Pembangunan di daerah ini selain keindahan pantainya, jajanan/produk yang dijual (seperti jagung bakar, pisang bakar dan kelapa mudah), ada juga atraksi budaya yang dapat kita lihat yaitu atraksi pembuatan gula lempeng yang dimulai dari panjat dan mengiris buah tuak sampai pada tahap memasak.

Atraksi pembuatan tenun ikat juga sangat menarik untuk dijadikan salah satu atraksi budaya serta dapat pula dijadikan objek ekowisata yang saat ini perlu kebijakan dari pihak pemerintah, sebab dalam kenyataan pembuatan tenun ikat masih dikelolah secara individu tanpa ada bantuan dana dari pemerintah. Dalam dalam upaya menarikminat wisatawan lebih banyak lagi, atraksi pembuata tenun ikat ini harus memperhatikan beberapa faktor penting:

  1. Dilakukannya promosi yang lebih luas
  2. Motif-motif dari kain tenun dibuat variasi
  3. Kain tenun yang telah jadi dibuat variasi atau yang sering dikenal dengan istilah prada.
  4. Membuat contoh pakaian dari kain tenun tersebut
  5. Pemilihan lokasi usahanya harus ditempat yang mudah dijangkau.

Berikut merupakan tabel data dari usaha tenun ikat “Rumah Pengrajin Tenun Ikat Kota Kupang NTT”:

 

 

 

Tabel 4.6

Usaha Tenun Ikat “Rumah Pengrajin Tenun Ikat Kota Kupang NTT”

No

Jennis Produk

Ukuran (meter)

Jangka Waktu Penyelesaian (Minggu)

Jumlah Tenaga Kerja (orang)

1.

Sarung

1,50

2

7

2.

Jas

1,75

1

4

3.

Selendang

1,25

1

2

 

Sumber : Data Primer Diolah

Data tabel diperoleh melalui hasil wawancara bersama pemilik tenun ikat Ruba Muri Ibu Bake-Nara (Jumat, 07 Maret 2014 Jam 15.30 Wita) yang berlokasi di Oebobo. Dari tabel diatas dapat dilihat ada tiga (3) jenis Produk yang dihasilkan oleh usaha tenun ikat Ruba Muri ini, antar lain sarung, jas dan selendang. Ukuran dari ketiga produk ini tidaklah sama, seperti sarung ukurannya 1,50 meter, jas 1,75 meter sedangkan selendang 1,25 meter, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1 buah sarung yaitu 2 minggu, jas dan selendang dibutuhkan selama 1 minggu. Ia mempekerjakan 12 orang tenaga kerja akan tetpai mereka bukanlah tenaga tetap dan pada bulan-bulan tertentu Dinas Sosial Naibonat mendatangkan siswa/siswi dengan tujuan magang guna menambah wawasan atau pengetahuan mereka bagaimana proses pembuatan tenun ikat. Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam memproduksi tenun ikat tersebut antara lain: alat untuk guling benang, pemindah ujntuk hading benang atau yang dikenal dengan istlah lolo benang, alat tenun untuk pemidang, dan alat tenun untuk tenun ikat. Selesai alat-alat, adapun jenis benang yang digunakan yaitu benang katun dan benang mesrai. Tenunan yang dipesan harganya sdisesuaikan dengan jenis benang yang dugunakan, jika benang katun yang dipakai harganya reltif murah sebesar Rp 270.000,- per bantal sedangkan jika pesanannya menggunakan benang mesrai harganya relatif mahal sebesar 550.000,- per bantal

Dalam hal ini juga harus adanya peningkatan promosi untuk meningkatkan dan memberikan informasi mengenai potensi objek ekowisata yang ada sehingga setiap wisatawan yang berkunjung dapat menikmati semua potensi yang ada serta ketika mereka pulang kembali mereka dapat menceritakan kepada teman-teman, keluarga dan sahabat karib mereka untuk berkunjung ke lokasi objek ekowisata tersebut.

  1. Potensi-Potensi Pasar Ekowisata
    1. Potensi Pertanian

Seperti yang di ungkapkan oleh Damanik, salah satu konsep perjalanan wisata yaitu menaru perhatian besar pada lingkungan alam dan buda lokal, dimana para wisatawan banyak belajar dari masyarakat lokal, bukan sebaliknya menggurui mereka. Wisatawan yang memiliki motif, minat dan keterkaitan pada hal-hal yang khusus di daerah tujuan wisata, terutama pada konservasi alam akan sangat sensitif dan peduli pada lingkunan sehingga hanya menggunakan sumber daya khususnya sumber daya pertanian. Misalnya wisatawan akan menikmati keindahan padi sawah dengan lahan yang luas serta dapat belajar bagaimana cara membajak tanah, menyamaikan benih, menanam, memberi pupuk, memanem serta membersihkan bulir padi yang berisih dan kosong. Ilmu ini akan sangata bermanfaat bagi wisatawan atapun pelancong khususnya bagi anak-anak sekolah sedangkan bagi masyarakat lokal akan meningkatkan kesejahteraan dengan meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan jasa pelayanan berupa pemberian informasi. Hal ini termasuk juga lahan kebun sayur dengan objek wisatanya di Kota Kupang. Berikut ini tanggapan responden mengenai objek pertanian sawah dan kebun sayur dijadikan ekowisata.

Tabel 4.7

Tanggapan Responden Mengenai Objek Pertanian Sawah dan Kebun Sayur Dijadikan Ekowisata

No

Tangggapan

Jumlah (Orang)

Prosentase (%)

1.

Setuju

18

60

2.

Ragu-Ragu

2

6,67

3.

Tidak Setuju

10

33,33

 

Jumlah

30

100

Sumber: Data Primer Diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang mengatakan setuju objek pertanian sawah dan kebun sayur dijadikan ekowisata yaitu sebanyak 18 orang (60%), karena potensi pertanian sangat bermanfaat bagi pendidikan, dimana anak-anak sekolah mempunyai pengetahuan baru tentang cara menanam padi dan sayur. Potensi ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal apabila lebih diperhatikan oleh pihak pemerintah dalam pengelolaannya dan di tata secara baik sehingga menjadikan salah satu daya tarik tersendiri. Dengan begitu para wisatawan banyak belajar dari masyarakat lokal bukan sebaliknya menggurui mereka. 2 (dua) orang (6,67%) memebri jawaban ragu-ragu dengan alasan alokasi pertanian terlihat indah dan menarik hanya pada musim hujan dimana area persawahan itu terlihat hijau. Sedangkan sisanya 10 (sepuluh) orang (33,33%) tidak setuju jika lahan persawahan dijadikan ekowisata sebab lokasi pertanian (sawah) jarang sekali diminati oleh wisatawan apalagi untuk dikunjungi. Dari hasil wawancara bersama Ibu Theresia Foenay (Kamis, 18 Februari 2014 Jam 15.30 WITA) yang merupakan pemilik areah persawahan dan kebun sayur yang berlokasi di kantor Gubernur dan di belakang Ramayana Mall, menerangkan pada musim-musim tertentu lahan-lahan sawah yang dikelolanya mengalami kekeringan. Hal ini disebabkan karena irigasi atau pengairan yang ada kurang mendukung. Sedangkan yang kita ketahui untuk menghasilkan padi yang bermutu, dalam pengerjaannya dibutukan air yang berlimpah ruah. Inilah yang menjadi kendala bagi para petani. Hal inilah yang menjadi masukan kepada Pemerintah Daerah setempat dan Dinas Pariwisata Kota yaitu agar pengairan atau irigasi di lokasi ini agar lebih diperhatikan lagi. Ibu Theresia Foenay menambahkan bahwa, meskipun pada musim-musim tertentu sawah mereka mengalami kekeringan, bukan berarti mereka kehilangan akal dan berputus asa. Sebab, seperti yang kita lihat, selain sawah lahan yang ada juga  dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran.

  1. Atraksi Alam (Pantai Lasiana)

Hakim mendiskusikan bahwa dimensi-dimensi wisata antara lain terdiri atas atraksi, fasilitas, transpotasi dan keramatamahan. Dalam pariwisata, dimensi-dimensi tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat kompetitif penyelenggaraan dan destinasi wisata.

Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa tertentu. Atraksi wisata pantai di Kota Kupang khususnya di Lasiana memiliki pesisir dengan konfigurasi umum lahan datar, berada pada ketinggian nol sampai satu meter dari atas permukaan laut, jenis material tanah yang ada yaitu pasir putih, tanah berpasir, dan tanah coklat tua kemerah-merahan, memilkiki kepadatan pasir yang cukup baik, karenakan adanya abrasi yang terjadi  pada pantai. Selain itu ada areal untuk memancing (Teddys Bar) dimana setiap tahun selalu dilakukan lomba memancing dengan pesertanya tidak saja dari Nusa Tenggara Timur tapi dari Bali, Jawa dan lain-lain. Semua atraksi ini membuktikan bahwa Kota Kupang memiliki potensi ekowisata yang sangat besar untuk dikembangkan.

Dengan mengacu pada salah satu karakteristik ekowisata oleh Barkin dalam Damanik, penyedia jasa wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk menarik tamu, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih menghargai lingkungan, sehingga keunikan ODTW dan Lingkungannya tetap terpelihara dan masyarakat lokal serta wisatawan berikutnya tetap terpelihara dan masyarakat dapat menikmati keunikan tersebut.

Namun demikian daya tarik objek tersebut tidak sederhana seperti yang dipaparkan di atas, yaitu mengandalkan tata letak semata justru perlu menunjang dengan sarana maupun prasarana. Ini dimkasudkan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan para pengunjung yang tertarik mendatangi daerah tujuan pantai Lasiana. Laut yang biru dan pantai yang indah berusaha untuk menarik wisatawan dengan menyediakan fasilitas untuk bersenang-senang atau berolahraga di laut. Berbagai kegiatan dapat dilakukan termasuk menyelam (Diving), barlayar, memancing dan lain-lain. Berikut ini tanggapan responden mengenai objek Pantai Lasiana dijadikan ekowisata

Tabel 4.8

Tanggapan Responden Mengenai Objek Pantai Lasiana Dijadikan Ekowisata

No

Tanggapan

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1.

Setuju

30

100

2.

Ragu-ragu

-

-

3.

Tidak Setuju

-

-

 

Jumlah

30

100

                        Sumber: Data Primer Diolah

 

Dari jawaban responden, terlihat sangat jelas bahwa 30 orang responden (100%) seluruhnya setuju jika objek pantai Lasiana dijadikan objek ekowisata. Karena, pantainya yang sangat indah dan juga merupakan bentangan panorama alam dengan ketersedian fasilitas (lopo, alat permainan anak, panggung hiburan, kolam renang) yang cukup memadai dibandingkan dengan objek wisatta lainnya, akan tetapi adanya sedikit perbaikan dari fasilitas-faslitas yang ada sehingga pantai Lasiana ini dapat dikenal lagi oleh para pengunjung pantai tersebut.

Hal yang menarik dari lokasi pantai Lasiana ini yaitu disekitar lokasi objek wisata ini ada satu atraksi budaya yang sangat menarik untuk dinikmati. Atraksi proses pembuatan gula lempeng merupakan salah satu budaya langkah, tidak bisa ditemu di daerah lain kecuali di daerah Nusa Tenggara Timur khususnya Kota Kupang. Atraksi budaya inilah yang membuat para wisatawan tertarik untuk datang berkunjung. Proses pembuatan gula lempeng dimulai dari tahap neik pohon tuak pagi-pagi hari,m pengirisan buah tuak dari satu pohon ke pohon yang satu, memasak sampai tahap pencetakan. Satu hal yang selama ini belum begitu diperhatikan oleh orang-orang yang usaha sehari-harinya membuat gula lempeng yaitu pengemasan gula lempeng tersebut. Pengemasan dari suatu produk sangat penting untuk lebih diperhatikan lagi agar terlihat lebih bersih dan higenis. Karena gula lempeng adalah salah satu produk makanan asli khas daerah Nusa Tenggara Timur yang banyak disukai oleh wisatawan asing

  1. Atraksi Budaya (Pembuatan Gula Lempeng)

Hakim menjelaskan atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas atau hiburan. Kota Kupang memiliki potensi alam dalam bentuk objek wisata yang sangat menarik. Objek wisata ini memiliki keunggulan atraksi yang dapat berupa atraksi alam dan atraksi buatan manusia. Dengan mangacu kepada pendapat Yoeti, maka atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat dilihat atau dikasih-kasihkan tanpa membayar, akan tetapi untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu. Seperti halnya dengan atraksi pembuatan gula lempeng yang merupakan salah satu atraksi dimana tujuannya memberikan kenilkmatan dan pengetahuan kepada wisatwan.

Atraksi pembuatan gula lempeng yang terbuat dari buah tuak yang dapat kita lihat di Kelurahan Lasiana, Kecematan Kelapa Lima. Atraksi budaya ini merupakan atraksi khas Nusa Tenggara Timur. Untuk kepentingan masyarakat lokal Kota Kupag dan dalam rangka usaha penanggulangan kemiskinan,  atrakasi ini perlu dimanfaatkan agar dapat menarik wisatawan kembali mengunjungi  objek wisata Kota Kupang. Atraksi alam, atraksi buatan manusia dan atraksi budaya perlu disajikan dan dipresentasikan secara profesional dengan tidak meninggalkan keasliannya namun perlu adanya pembangunan dan perluasan objek menjadi lebih menarik. Seperti halnya diungkapkan oleh Yoeti, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk agar atraksi yang disampaikan terlihat sangat menarik yaitu:

  1. Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus  dalam keadaan yang baik, indah dipandang, menarik, bersih dan aman;
  2. Atraksi wisata harus disajikan dihadapan wisatawan dan cara penyajiannya pun harus tepat;
  3. Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial suatu perjalanan. Oleh karena itu, harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial yaitu akomodasi, transportasi dan promosi serta pemasaran;
  4. Keragaman seni budaya lokal, tradisi dan kebiasaan masyarakat lokal perlu dipertahankan keasliannya;
  5. Keadaan tempat atraksi harus nyaman dan aman sehingga dapat menahan wisatawan cukup lama untuk menikmati atraksi alam dan budaya yang tersedia;
  6. Kesan diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.

Berikut ini tanggapan responden mengenai atraksi pembuatan gula lempeng dijadikan ekowisata.

Tabel 4.9

Tanggapan Responden Mengenai Atraksi Pembuatan Gula Lempeng dijadikan Ekowisata

No

Tanggapan

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1.

Setuju

23

76,67

2.

Ragu-ragu

-

-

3.

Tidak Setuju

7

23,33

 

Jumlah

30

100

                        Sumber: Data Primer Diolah

 

Sesuai data pada tabel 4.9 di atas, jawaban responden mengatakan setuju dengan jumlah 23 orang (76,67%), dengan alasan atraksi pembuatan gula lempeng merupakan suatu atraksi budaya yang langka yang tidak bisa ditemukan oleh wisatawan di daerah lain kecuali di daratan pulau Timor. Sedangkan sisanya 7 orang (23,33%) mengatakan tidak setuju dengan alasan tidak tahu pasti sejauh mana atraksi budaya ini dikemabangkan sehingga atraksi dimasukkan menjadi salah satu lokasi objek ekowisata.

  1. Keikutsertaan Masyarakat Dalam Pengembangan Ekowisata

Berdasarkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang dikemukakan oleh Heher dalam Damanik (2004:78-79), dapat dikatakan ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja bagi masyarakat lokal dan pendapatan serta mendapatkan manfaat dari aktivitas wisata yang dikembangkan, seperti sanitasi, pendidikan dan perbaikan ekonomi.

Masyarakat yang dimaksudkan oleh penulis adalah orang-orang yang tinggal disekitar lokasi objek ekowisata. Ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian umum. Ekowisata mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang membedakannya dengan bentuk wisatawan lain, misalnya:

  1. Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya;
  2. Melibatkan masyarakt lokal dalam pembangunan dan pengelolaan pariwisata serta memebrikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan masyarakat;
  3. Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau dioraganisasikan dalam bentuk kelompok kecil.

Ekowisata merupakan salah satu sektor primadona pembangunana di Nusa Tenggara Timur dan khususnya di Kota Kupang karena memiliki potensi objek dan daya tarik wisata yang sangat variatif, baik yang ada di daratan maupun wilayah lautan. Keunggulan komparatif yang dimiliki adalah letak geografisnya yang dekat dengan Bali yang merupakan pintu masuk utama wisatawan mancanegara. Berikut ini tanggapan responden mengenai keiikutsertaan masyarakat dalam pengembangan ekowisata.

Tabel 4.10

Tanggapan Responden Mengenai Keiikutsertaan Masyarakat dalam Pengembangan ekowisata

No

Tanggapan

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1.

Setuju

27

90

2.

Ragu-ragu

-

-

3.

Tidak Setuju

3

10

 

Jumlah

30

100

            Sumber: Data Primer Diolah

Tabel di atas menunjukkan, dari 30 responden yang diwawancari dan memberi tanggapan setuju yaitu sebanyak 27 orang (90%). Hal ini, dikarenakan pengembangan ekowisata dapat membantu masyarakat setempat dengan membuka usaha sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, misalnya menjual aneka produk makanan. Selain itu, dengan adanya pengambangan ekowisata dengan sendirinya mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi. Sisanya sebanyak 3 orang (10%) memberi tanggapan tidak setuju atau tidak terlibat dalam pengembangan ekowisata di Kota Kupang. Ketidakikutsertaan para masyarakat tersebut disebabkan kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya ekowisata bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan di Kota Kupang.

 

  1. Potensi Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Ekowisata yang  Dilakukan Oleh Investor

Potensi Sumber Daya Manusia dapat meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan. Dalam upaya prospek pengembangan lokasi objek-objek ekowisata dibutuhkan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan sehingga terjadi interaksi langsung dan komunikasi yang baik dalam sautu perancanaan sampai pada pengembangannya. Pengertian investor yang dimaksudkan oleh penulis yaitu orang yang dipercayakan oleh pemerintah untuk membantu dalam usaha pengelolaan serta perbaikan fasilitas-fasilitas yang sudah rusak di daerah objek wisata yang ada. Damanik menjelaskan untuk menjalankan peran yang sangat strategis, Pemerintah perlu menyususn rencana yang jelas misalanya, tata guna lahan untuk wisata harus dituangkan dalam bentuk rencana yang sangat jelas: bagaimana daya dukung lingkungan, berapa rata-rata kapasitas atau daya tampung lokasi untuk wisatawan, dimana lokasi akomodasi, tempat parkir, taman, tempat atraksi, bagaimana rute jalan ke dan di dalam kawasan wisata dan sebagainya.

Perbaikan infrastruktur yang rusak tidak mungkin dikelolah oleh pihak pemerintah sendiri, dengan alasan itulah maka sumber daya manusia dalam hal ini pihak investor diberi tugas dan dipercayakan untuk membantu pemerintah. Berikut ini tanggapan responden mengenai potensi sumber daya manusia dalam pengelolaan ekowisata oleh investor.

Tabel 4.11

Tanggapan Responden Mengenai Potensi Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Ekowisata Dilakukan Oleh Investor

No

Tanggapan

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1.

Setuju

15

50

2.

Ragu-ragu

5

16,67

3.

Tidak Setuju

10

33,33

 

Jumlah

30

100

            Sumber: Data Primer Diolah

Tabel di atas menunjukkan 15 orang (50%) mengatakan setuju apabila potensi SDM dalam pengelolaan ekowisata dilakukan oleh investor. Karena investor dapat membantu pemerintah dalam hal promosi, sehingga dapat menggalakkan kegiatan ekonomi masyarakat, mengurangi pengangguran dengan membuka lapangan kerja serta menambah devisa negara mengatakan ragu-ragu atau tidak mengetahui secara pasti tentang peranan investor dalam pengelolaan ekowisata di Kota Kupang. Sedangkan sisanya sebanyak 10 orang (33,33%) mengatakan tidak setuju dengan alasan sampai saat ini pengelolaan ekowisata di Kota Kupang masih dalam tanggungjawab Pemerintah Daerah dan dinas Pariwisata.

  1. Potensi Peningkatan Promosi Ekowisata Dijadikan Sebagai Sektor Andalan di Kota Kupang

Peningkatan Promosi, promosi dilakukan untuk memperkenalkan objek ekowisata sehingga dapat dikenalk oleh banyak orang dan para wisatawan pun dapat mengetahui serta mereka dapat berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut Damanik menjelaskan ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai daerah wisata masal. Sedangkan ekowisata yang dimaksukan oleh penulis yaitu jenis pariwisata yang kegiatan yang berkaitannya dengan lingkungan dan dengan berbagai bentuk kehidupan dalam kondisi apa adanya yang menjanjikan dimana begitu banyak manfaat yang diberikan bagi setiap daerah lokasi objek ekowisata yang menata sistem pariwisatanya dengan teratur.

Dengan adanya promosi yang akan dilakukan maka semua objek atau potensi wisata yang dapat dijadikan ekowisata tersebut dapat di ketahui dan dikenal oleh banyak orang. Promosi ini dapat dilakukan melalui media masa dan media eletronik serta dari mulut ke mulut. Disamping itu juga sudah penulis jelaskan diatas bahwa semua objek ekowisata ini dapat dipromosi oleh pihak-pihak yang berkepentingan serta dari penulis sendiri juga dapat mempromosikan lewat semua media baik media masa maupun eletronik.

Penataan serta perbaikan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas yang ada di lokasi ekowisata, apabila diperhatikan oleh pihak pemerintah sehingga terlihat lebih indah, dengan sendirinya menjadikan ekowisata sebgai sektor andalan bagi Kota Kupang. Berikut ini tanggapan responden mengenai ekowisata dijadikan sebagai sektor andalan.

 

Tabel 4.12

Tanggapan Responden Peningkatan Promosi Mengenai Ekowisata yang Dapat Dijadikan Sebagai Sektor Andalan di Kota Kupang

No

Tanggapan

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1.

Setuju

28

93,33

2.

Ragu-ragu

-

-

3.

Tidak Setuju

2

6,67

 

Jumlah

30

100

            Sumber: Data Primer Diolah

Sesuai data pada tabel 4.12 di atas dapat dilihat, dari 30 responden menjawab setuju dengan jumlah responden sebanyak 28 orang (93,33%). Apabila objek-objek wisata dikelolah dengan baik dan secara profesional, dan dapat dipromosikan secara besar-besaran  sehingga terlihat menarik di mata wisatawan dan mereka mempunyai keinginan untuk berkunjung kembali. Sedangkan sisanya sebanyak 2 orang (6,67%) menjawab tidak setuju karena mereka berpendapat ekowisata bukanlah satu-satunya sektor utama dalam meningkatkan pertumbuhan pembangunan dan ekonomi di Kota Kupang melainkan hanya sebagai sektor pendukung.

Untuk itu setiap potensi yang sudah penulis jelaskan tersebut dapat di promosikan dengan baik maka dengan sendirinya Kota Kupang dapat dikenal dengan objek ekowisata yang tidak kalah menariknya dengan daerah lain.

 

 

 

  1. BAHASAN HASIL ANALISIS

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis IFAS dan serta SWOT, yaitu dengan melihat kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), ancaman (Threats) potensi objek pariwisata di Kota Kupang yang dijadikan sebagai objek ekowisata.

Program pengembangan objek ekowisata di Kota Kupang berdasarkan data yang dikumpul di identifikasi terhadap unsur IFAS dan EFAS serta SWOT, baik untuk unsur internal maupun eksternal, maka diperoleh matrik IFAS dan EFAS serta SWOT sebagai berikut:

  1. Faktor strategi Internal dan Eksternal

 

Tabel 4.13

INTERNAL FAKTOR STRATEGI (IFAS)

Faktor-faktor Strategi Internal

Bobot

Ranting

Faktor Pembobotan

Komentar

Kekuatan : Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.

  • Memiliki potensi alam/wisata yang besar.
  • Memiliki seni budaya tradisi yang beraneka ragam dan peninggalan sejarah serta atraksi wisata.
  • Tersedianya fasilitas pendukung yang cukup memadai di objek ekowisata Kota Kupang
  • Adanya  sarana transportasi yang memadai ke objek ekowisata terutama angkutan darat.
  • Keramatamahan penduduk di sekitar lokasi objek ekowisata

 

 

 

0,15

 

0,15

 

 

0,15

 

 

0,10

 

 

 

 

 

 

3

 

2

 

 

3

 

 

4

 

 

0,45

 

0,30

 

 

0,30

 

 

0,60

 

 

Memiliki alam yang baik

Potensi alam yang berkualitas

 

Sudah baik tapi masih kurang

 

Kulaitas kermatamahan sudah baik.

Kelemahan : Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.

  • Belum adanya master plan (RIPDA) yang menggambarkan strategis perancangan, pembangunan dan pengembangan, Kepariwisataan di Daerah.
  • Kurangnya motivasi masyarakat untuk mendukung pengembangan objek ekowisata di Kota Kupang melauli promosi dan dukungan masyarakat sekitar lokasi tersebut.
  • Terbatasnya sarana dan prasarana objek ekowisata di lokasi tersebut
  • Terbatasnya aksesibilitas ke objek ekowisata.
  • Kualitas sumber daya manusia yang masih tergolong rendah.

 

 

0,15

 

 

 

 

0,10

 

 

 

 

0,05

 

0,05

 

0,05

 

 

4

 

 

 

 

4

 

 

 

 

3

 

2

 

2

 

 

0,60

 

 

 

 

0,40

 

 

 

 

0,15

 

0,10

 

0,10

 

 

Hubungan yang baik anamun kurang dukungan dari masyarakat

 

Lambat untuk pembuatan Master Plan

Lambat dalam membangun sarana dan prasarana

Sudah baik tapi masih kurang

Lemahnya SDM

TOTAL

1,00

 

3,15

 

 

Tabel 4.14

EKSTERNAL  FAKTOR STRATEGI (EFAS)

Faktor-faktor Strategi Eksternal

Bobot

Ranting

Faktor Pembobotan

Komentar

Peluang : Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.

  • Ikut serta dalam berbagai pasar atau pameran yang dilaksanakan baik dalam regional maipun nasional di Kota Kupang
  • Adanya kerjaasama kelompok pariwisata atau instansi terkait.
  • Kebijakan pemerintah daerah untuk mengembangkan pariwisata yakni membangun objek ekowisata di Kota Kupag terdepan dalam bidang industri dan pariwisata berbasis pertanian, perikanan dan sumber daya manusia.
  • Pertumbuhan ekonomi dan deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Kupang memberikan peluang dalam bidang pariwisata.

 

 

0,16

 

 

 

0,15

 

0,12

 

 

 

 

 

 

0,10

 

 

 

 

 

 

4

 

 

 

4

 

2

 

 

 

 

 

 

3

 

 

0,64

 

 

 

0,60

 

0,24

 

 

 

 

 

 

0,30

 

 

Perlu kerjasama dengan instansi terkait

 

 

 

 

 

 

Adanya pengendalian terhadap lingkungan

Ancaman : Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.

  • Kondisi objek ekowisata yang rawan tangan jahil yang merusakan lingkuhgan
  • Citra pariwisata sebagai pencemar lingkungan seni budaya dan kepribadian bangsa.
  • Dekatnya daerah-daerah lain (Pesaing) yang menjadi tujuan wisata.
  • Meningkatnya minat masyarakat sendiri untuk melakukan perjalanan wisata ke daerah lain
  • Kurangnya kerjasama antara dinas-dinas atau instansi yang terkait dengan pengembangan pariwisata bahari.

 

 

0,12

 

0,10

 

 

0,10

 

 

0,10

 

0,05

 

 

2

 

2

 

 

2

 

 

1

 

1

 

 

0,,24

 

0,20

 

 

0,20

 

 

0,10

 

0,05

 

 

Perlu hati-hati terhadap tantangan bau

 

 

Hati-hati dalam menghadapi tantangan

 

 

Perlu diperhatikan

TOTAL

1,00

 

2,57

 

Sumber: Hasil Olahan Data

            Dari tabel IFAS dan EFAS didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal, dengan menggunakan model internal-eksternal Matrik Wheelen (1995:45) dalam Rangkuti Fredy (1997:137). Berdasarkan internal dan eksternal matrik, dengan nilai total skor IFAS = 3,15 dan EFAS = 2,57 menunjukkan bahwa objek ekowisata di Kota Kupang memiliki kekuatan dan peluang, namun memiliki kelemahan-kelemahan yang lebih dipengaruhi faktor internal yang berdampak pada pengmabangan objek ekowisata di Kota kupang.

  • Alternatif Strategi

Berbagai alternatif dapat dirumuskan bedasarkan model analisis SWOT Matrik. Keunggulan Matrik ini adalah dengan mudah memformulasikan strategi yang diperoleh. Analisis dengan menggunakan model SWOT Matrik ini menggunakan data yang diperoleh dari tabel IFAS dan EFAS.

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.15

EKSTERNAL  FAKTOR STRATEGI (EFAS)

S (Strengths) Kekuatan

W (Weaknasess) Kelemahan

  • Potensi sumber daya alam yang cukup besar untuk pengembangan objek ekowisata di Kota Kupang
  • Letak yang stratgeis
  • Parkiran dampak positif
  • Persepsi dan preferensi pengunjung yang sangat tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Kurangnya motivasi masyarakat untuk mendukung pengembangan objek ekowisata di Kota Kupang lebih khusus ke lokasi yang sudah ditempatkan untuk dijadikan objek ekowisata
  • Terbatasnya dan kurangnya anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota untuk melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatrkan kualitas sadar wisata masyarakat.
  • Relatif rendahnya kepedulian pemerintah daerah dalam pengembangan SDM/Aparatur yang apat merumuskan konsep-konsep pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakteristik potensi, baik potensi budaya, sumberdaya manusia dan peningkatan promosi kepariwisataan tentang objek ekowisata di Kota kupang.
  • Terbatasnya sarsana dan prasarana objek ekowisata
  • Terbatasnya jangkauan promosi dan pemasaran
  • Kualitas sumber daya manusia yang masih tergolong rendah
  • Kurangnya promosi dan dukungan masyarakat sekitar

 

 

 

O (Opportunities) Peluang

 

Strategy (ST)

Strategy (WO)

Saluran informasi yang telah memadai bagi para pelanggan jasa penginapan untuk mengetahui produk jasa yang ada

 

Pertahankan jenis kegiatan dan media promosi yang ada.

Perluas jenis kegiatan dan media promosi yang telah digunakan untuk menarik wisatawan yang lebih banyak lagi ke lokasi objek ekowisata

Ancaman (Threat)

 

Strategy (ST)

Strategy (WO)

  • Kurangnya kerjasama antara dinas-dinas atau instansi yang terkait dengan pengembangan ekowisata di Kota Kupang
  • Keadaan politik dan ekonomi Indonesia terkini yang tidak stabil

 

  • Pertahankanlah jenis kegiatan dan media promosi yang telah ada.
  • Mempertahankan persepsi dan preferensi pengunjung terhadap potensi ekowisata berupa alam, budaya dan fasilitas yang ada, sehingga dapat menjadi pasar lokal yang baru dan memberikan dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata tersebut.
  • Berusaha meningkatkan dukungan masyarakat dan mengurangi dampak prakiraan negatif untuk meraih peluang menjadi pemimpin dalam pasar lokal baru
  • Mengantisipasi persaingan antar objek wisata dengan meningkatkan kualitas, kuantitas dari SDA dan SDM.

 

  • Pengembangan prospek potensi ekowisata yang baik di Kota Kupang dengan objek wisata lainnya
  • Menjalin kerjasama dengan Pemerintah dalam mempromosikan objek ekowisata di Kota Kupang.
  • Mempertahankan keadaan potensi sumber daya alam yang ada dan fasilitas penunjang untuk tetap menjadi pemimpin dalam pasar lokal bidang pariwisata untuk sekarang dan masa yang akan datang
  • Mempertahankan dan meningkatkan kualitas objek ekowisata dengan mencegah terjadinya pencemaran dan pengrusakan lingkungan objek ekowisata sehingga dapat bersaing dengan objek wisata lainnya yang baru muncul serta mengatasi sifat permintaan rekreasi yang elastis
  • Meningkatkan hubungan instansi terkait untuk menggali potensi sumber daya yang ada.
  • Menyesuaikan harga tiket dengan fasilitas dan sarana yang disediakan bagi pengunjung untuk mengatasi sifat permintaan rekreasi yang sangat elastis, serta meningkatkan promosi kepada masyarakat luas dalam menghadapi keadaan politik, ekonomi Indonesia tidak stabil.
  • Meningkatkan penanganan pengaturan untuk meminimumkan dampak negatif dan mencegah terjadinya pengrusakan lingkungan.

 

Setelah dilakukan perangkingan, dapat dikethui tiga alternatif strategi yang menjadi prioritas utama dalam upaya pengembangan objek ekowisata pantai Lasiana, Pembuatan gula Lempeng, persawan dan kebun sayur, yaitu Pertama, menambah fasilitas sarana dan prasarana penunjang, serta gencar melakukan promosi yang bekerjasama dengan Pemerintah untuk mempertahankan citra pengunjung terhadapa objek ekowisata yang ada dalam menghadapi perkiraan stabilitas ekonomi yang lebih baik. Kedua, mengantisipasi persaingan antar objek ekowisata dengan meingkatkan kualitas, kuantitas dari sumberdaya alam dan sumber daya manusia, menyesuaikan harga tiket dengan fasilitas permintaan rekreasi yang sangat elastis, serta mingkatkan pomosi kepada masyarakat luas dalam menghadapi keadaan politik ekonomi Indonesia yang saat ini tidak stabil. Ketiga, memperbaiki citra objek ekowisata untuk meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan, serta selalu melakukan promosi dan memperkenalkan lingkungan alam yang indah dengan persawahan yang akan dijadikan sebagai objek ekowisata di Kota Kupang.

Pengkajian tentang kekuatan dan kelemahan ini merupakan kegiatan mawas diri dan menentukan kesuksesan atau keberhasilan dalam pengembangan pariwisata. Dengan analisis kekuaatan dan kelemahan dapatlah dilihat peluang dan ancaman yang mungkin muncul dan dihadapi. Dengan kata lain, dianalisisnya kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman akan dapat diramalkan bagaimana keadaan masa sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga apat ditentukan kebijaksanaa-kebijaksanaan dalam pengembangan usaha usaha pariwisata dimasa yang akan datang. Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis penelitian yang peneliti peroleh maka analisis yang dapat peneliti buat adalah sebagai berikut:

Dari hasil analisis dan identifikasi di atas, dapat diketahui bagaimana keadaaan pemasaran pariwisata objek ekowisata yang sudah di tentukan oleh peneliti di Kota Kupang dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Sehingga analisis SWOT di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

 

 

 

  1. Kekuatan (Strenght) Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.
  1. Memiliki potensi alam/wisata yang besar.
  2. Memiliki seni budaya tradisi yang beraneka ragam dan peninggalan sejarah serta atraksi wisata.
  3. Tersedia faslitias mendukung yang dapat dinikmati.
  4. Adanya sarana transportasi yang memadai di lokasi objek ekowisata terutama angkutan darat.
  5. Keramatamahan masyrakat yang ada di sekitar lokasi objek ekowisata.
  1. Kelemahan (Weakness) Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.
  1. Kurang memadainya kegiatan promosi dan penyebaran pariwisata mengenai objek ekowisata di Kota Kupang
  2. Biro perjalanan atau paket wisata yang melayani wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif belum memadai dan masih angat terbatas.
  3. Belum adanya kegiatan pemasaran pariwisata terpadu.
  4. Paket wisata yang dijual masih terbatas.
  5. Sarana dan prasarana pariwsata belum memadai.
  6. Terbatasnya sumber daya manusia yang profesional yang dapat diharapakan untuk meningkatkan kinerja pariwisata sebagai suatu industri di Kota Kupang.
  1. Peluang (Opportunities) Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi.
  1. Ikut serta dalam berbagai pasar atau pameran yang dilaksanakan baik dalam lingkungan regional maupun nasional bahkan Internasional di Kota Kupang.
  2. Adanya kerjasama kelompok pariwisata atau instansi terkait.
  3. Kebijakan Pemerintah daerah untuk mengembangkan pariwisata yaknimembangun objek ekowisata di lokasi yang peneliti teliti dan identifiaksi terdepan dalam bidang industri dan pariwisata berbasis pertanian, sumber daya manusia dan peningkatan promosi.
  1. Ancaman (Threats) Potensi Budaya, SDM dan Peningkatan Promosi
  1. Citra pariwisata sebagai pencemar lingkungan seni budaya dan kepribadian bangsa.
  2. Kondisi objek ekowisata yang penulis maksud tersebut yang rawan dengan tangan-tangan jahil yang selalu merusak lingkungan tersebut.
  3. Dekatnya daerah-daerah lain (pesaing) yang mnjadi tujuan wisata.

 

 

 

 

 

BERBAGAI PELUANG

 

                                                           

   (3,15,2,57)

                        Kuadran I                                           Kuadran II

3. Mendukung Strategi

Turn-Arround                          1. Mendukung strategi agrest

 

 

 

 

 

Kuadran III

3. Mendukung Strategi defensi                                    Kuadran IV

                                                                        1. Mendukung Strategi

Diagram 1. Internal-Eksternal

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 


            Sumber: Rangkuti (1999)

 

  1. Penentuan Posisi Potensi Objek Ekowisata Di Kota Kupang

Penentuan Posisi Prospek Potensi Ekowisata di Kota Kupang didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan model Intelnal-Eksternal Matrik (Wheelen, 1995:45). Berdasarkan Internal-Eksternal Matrik, dengan nilai total skor IFAS = 3,15 dan EFAS = 2,57

 

 

  1. Prospek Potensi Objek Ekowisata Di Kota Kupang

Kota Kupang yang memiliki keunikan dan keunggulan, akan tetapi sampai saat ini pihak Pemerintah belum memberikan perhatian dalam upaya pembenahan pada infrastruktur serta fasilitas yang tersedia di lokasi wisata. Potensi hutan, kebun, sawah, laut dengan keanekaragaman hayati dan keunikan ekosistem yang ada di dalamnya belum dipandang sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan, bukan hanya bermanfaat secara ekonomi namun juga akan menjaga keberlanjutan hidup.

Ekowisata merupakan suatu modal pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (dan segala bentuk budaya yang menyertai) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan, dan pemahaman yang baik untuk dapat mengembangkan potensi yang ada kepada masyarakat setempat objek wisata tersebut. Ekowisata sendiri juga merupakan salah satu bentuk wisata khusus atau perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (TIES : 2000).

Dari penjelasan ekowisata di atas dapat dilihat bahwa pengembangan ekowisata di kota Kupang akan nmemberikan suatu poin penting untuk prospek yang baik kedepan serta dapat melestarikan lingkungan dan kesejahteraan penduduk setempat. Seperti objek wisata yang ada di sekitar lakosi tersebut serta dapat memperlancarkan arus kunjungan wisatwan dan dapat mempromosikan ke luar daerah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

  1. KESIMPULAN

Secara keseluruhan dari hasil analisis SWOT diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Potensi Ekowisata di Kota Kupang memiliki peluang besar untuk menarik wisatawan walaupun masih ada kelemahan-kelemahan. Salah satu kekurangan yang sangat menonjol bahwa ekowisata di Kota Kupang belum memiliki kekuatan sarana prasaran yang dapat menunjang seperti trasnportasi dan akomodasi yang dapat diandalkan serta kurangnya promosi baik melalui media cetak maupun media elektronik. Serta objek-objek ekowisata sebagai aset pariwisata Kota Kupang, ternyata secara rill belum mampu memberikan harapan yang menggembirakan karena fasilitas-fasilitas dan infrastruktur di lokasi wisata masih belum memadai.
  2. Potensi-potensi ekowisata di Kota Kupang beraneka ragam/jenisnya, ada yang berupa atrakasi alam/budaya seperti pantai lasiana, atraksi budaya seperti pembuatan gula lempeng dan hasil pertanian seperti sawah dan kebun sayur. Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa potensi ekowisata sebenarnya memiliki kekuatan (Potensi alam, seni budaya dan keramtamahan masyarakat), namun ternyata objek wisata di Kota Kupang masih mempunyai kelemahan (sumber daya manusia, sarana penunjang, dan lain-lain yang berkaitan dengan pengembangan ekowisata) sehingga harus segera diperbaiki.
  3. Potensi ekowisata Kota Kupang mempunyai kekuatan berupa potensi alam, potensi budaya yang beraneka ragam dan peninggalan sejarah untuk menarik wisatawan untuk datang atau melakukan perjalanan wisata ke objek wisata di Kota Kupang.
  4. Kurang tersedianya sumber daya manusia yang profesional, transportasi yang masi terbatas, sarana prasarana yang belum memadai serta belum maksimalnya kegiatan pemasaran/promosi ekowisata di Kota Kupang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. SARAN

Pengembangan ekowisata di Kota Kupang berdasarkan identifikasi terhadap unsur SWOT, baik untuk unsur internal maupun unsur eksternal, maka diperoleh matrik SWOT strategi pengembangan ekowisata in dapat diketahui tiga alternatif strategi yang menjadi prioritas utama dalam upaya pengembangan ekowisata di Kota Kupang, yaitu:

  1. Disarankan kepada Pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya, dalam hal ini pihak pariwisata (Dinas Pariwisata Kota Kupang) dan kalangan dunia usaha/pelaku pariwisata di daerah agar kedepan harus lebih proaktif dalam melakukan promosi dan publikasi tentang lokasi objek-objek ekowisata dengan memanfaatkan media masa dan maupun eletronik lokal yang ada di daerah. Penyebarluasan informasi objek-objek ekowisata dapat pula menggunakan pamflet/leaflet maupun brosur.
  2. Diharapkan agar Pemerintah Daerah setempat segera melakukan perbaikan infrastruktur/jalan raya (Pantai Lasiana) dengan memperhatikan tingkat kualitas jalan yang memenuhi standar, perlu pemeliharaan dan pengawasan yang ketat dari seluruh pihak terhadap prasarana jalan tersedia. Dan diharpakan juga kepada Pemerintah bahwa menata kembali Objek Ekowisata dengan menyediakan akses yang memadai baik informasi, kondisi jalan dan tempat akhir perjalanan, sistem kemanan, WC/Kamar Mandi, lopo serta fasilitas lainnya. Tujuannya agar wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata merasa senang dan puas karena semua kebutuhan terpenuhi. Sehingga wisatawan dapat belama-lama dan menghabiskan uang mereka di lokasi wisata. Hal ini tentunya selain meningkatkan jumlah kunjungan karena aksesibilitas dan fasilitas yang memadai, juga meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar objek wisata.
  3. Disarankan kepada masyarakat di sekitar kawasan objek-objek ekowisata, agar aktif melakukan sosialisasi tentang potensi-potensi ekowisata sebagai keunggulan di Kota Kupang. Agar mendorong minat kunjungan wisatawan serta dapat membangun image yang positif objek-objek ekowisata yang ada di masa yang akan datang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Damanik, dkk. 2006. Perencanaan Ekowisata. Dari Teori Ke Aplikasi, Penerbit Andi.

Depporpostel. 1995. Indonesia bahan Penyuluhan/Pembinaan Pariwisata. Dirjen Pariwisata (Proyek Pembangunan Pariwisata NTT-Kupang).

Mulyadi dan Nurhayati S. 2001. Pengertian Pariwasta.  Penerbit Dirjen Pariwisata Seni dan Budaya Pusat, Jakarta.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung.

Pendit S. Nyoman. 2003.  Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.  PT. Pradaya Paramita. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990. Tentang Kepariwisataan. Diperbanyak Oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Kupang.

Wahab, Salah. 1997.  Pemasaran Pariwisata.  PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Wahab, Salah. 2003.  Manajemen Pariwisata. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Yoeti A. Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata. Angkasa Bandung.

Avenzora, R. 2003b. Ekoturisme: Evaluasi Konsep. Media Konservasi, Jurnal Ilmiah Bidang Konservasi sumberdaya Alam Hayati dan Lingkungan. Vol. VIII/Nomor 2, Juni 2003. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Pengusahaan Ekowisata (2000), Chafid Fandeli., Mukhlison., Fakultas Kehutanan Univ. Gadjah Mada Yogyakarta

(TIES:200), Pengertian Ekowisata

Muriatno G, dkk: “Dampak Pengembangan Pariwisata  Terhadap Kehidupan  Sosial Daerah Istimewa Yogyokarta”.

Tarimungkeng dan Coto Zahrial ; Consep Ekotourisme.

Muladi, penduduk lokal di berbagai pelosok wilayah nusantara di pesisir atau pegunungan memiliki ketangguhan budaya.

Samsuridjal dan kaelany, (1997:3), manfaat dan motivasi berwisata.

Eplerwood, 1999; defenisi Ekowisata sebagai bentuk baru perjalanan ke area alami

Alan A. Leg. 1996; Kegiatan Petualangan, Wisata Alam, Budaya Alternatif yang mempunyai karakteristik

Honey dan Hakim 2004:54-56; kriteria-kriteria sebuah ekowisata

http://agustinkpm.wordpress.com/2011/05/24/pengembangan-ekowisata-pantai-dalam-memasuki-bisnis-rekreasi-berbasis-masyarakat-dan-ekologi/

Astita, Dendi. 2006. Strategi dan Pengalaman Pengembangan Rantai Nilai Rumput Laut Di Desa Kwangko. GLG Conference  & Seminars.

 

http://www.ekowisata.info/definisi_ekowisata.html

Alan A. Leg, The Ecotourism Travel Market in The Asia Pasific Region (1996)

http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-analisis-swot.html  (Dikutif dari id.wikipedia.org)

Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Umum

Undang-undang Kepariwisataan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009.

.................,1995, Bahan Penyuluhan Sadar Wisata Sapta Pesona dan Pariwisata Nusa Tenggara Timur Selayang Pandang,  Penerbit Dirjen Pariwisata (Proyek Pengembangan Pariwisata NTT), Kupang.
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

L   A   M  P    I    R   A   N

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 1.1

Keunikan Objek Wisata Nusa Tenggara Timur Sebagai Berikut :

No

Objek Wisata

Kabupaten

Keterangan

1.

Pemandangan Tempat Wisata Pantai Kolbano

Timor Tengah Selatan

Pantai ini unik dengan batu yang berwara-warni yang sangat indah, dan pasir pun demikian warnanya.

2.

Objek Wisata Riung 17 Pulau

Ngada

Objek wisata ini memang jelas unik karena memiliki banyak pulau.

3.

Tempat Wisata Megalitik Bena

Sumba Barat

Merupakan Perkampungan Tradisional yang sangat unik dengan kehidupan masyarakat yang ada di Desa Tiworiwu, Ngada.

4.

Objek Wisata Pulau Komodo

Manggarai Barat

Merupakan hewan langkah yang hanya terdapat di Manggarai, NTT karena hewan tersebut adalah hewan Purba yang harus tetap dipelihara.

5.

Objek Wisata Batu Termanu

Rote Ndao

Merupakan objek wisata yang sangat memukau para wisatawan.

6.

Objek Wisata Danau Tiga Warna Kelimut

Ende

Objek wisata ini dikenal dengan danau tiga warna dan sudah dikenal pada zaman Kolonialisme. Danau ini sangat indah para wisatawan banyak yang berkunjung.

7.

Objek Wisata Taman Laut Selat Pantar

Alor

Salah satu objek wisata taman bawa laut yang sangat indah yang ada di Kab. Alor NTT.

8.

Objek Wisata Perburuan Ikan Paus di Lamalera Lembata

Lembata

Keunikannya ialah Semburan air yang menjulang tinggi di tengah laut menunjukkan adanya ikan paus (baleo) yang sedang melintas. Teriakan 'baleo' tak lama kemudian semakin menggema dan sahut menyahut di setiap lorong di Desa Lamalera.

Sumber Data: Informasi Dinas Pariwisata Kupang dan Pariwisata NTT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 1.2

Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Alam Kota Kupang

Sebagai Berikut:

No

Objek Wisata Alam

Lokasi/Letak Objek Wisata

Potensi Yang Alam

Yang Ada

1.

Pantai Lasiana

Kelurahan Lasiana

Pantai berpasir putih yang indah

Pepohonan nyiur dan lontar

2.

Pantai Nunsui

Kelurahan Oesapa

Pantai berpasir putih yang indah

Aneka pepohonan yang rindang

3.

Pantai Paradiso

Kelurahan Oesapa

Pantai yang bersih, indah dengan tumbuhan pohon lontar

4.

Pantai Flobamora

Kelurahan Pasir Panjang

Pantai karang yang indah dan jernih

Aneka pohon pelindung

5.

Pantai Ketapang Satu

Kelurahan Tode

Pantai karang dan keindahan laut

6.

Pantai Solor / Taman Kota

Kelurahan Pasir Panjang

Taman buatan dengan pemandangan laut dan kesibukan kota

7.

Pantai Nunhila

Kelurahan Nunhila

Pantai yang indah

8.

Pantai Nunbaun Sabu

Kelurahan Nunbaun Sabu

 Pantai yang indah

9.

Pantai Kelapa Lima

Kelurahan Kelapa Lima

Pantai berpasir putih

Tempat pendaratan perahu nelayan

10.

Pantai pasir Panjang

Kelurahan Pasir Panjang

Pantai berpasir putih

Tempat pendaratan perahu nelayan

11.

Pantai Namosain

Kelurahan Namosain

Pantai Yang Indah Yang Menjadi Pelabuhan Rakyat

12.

Gua Monyet Kelapa Satu

Kelurahan Namosain

Memiliki satwa monyet dalam jumlah ratusan ekor

13.

Gua Monyet Kelapa Lima

Kelurahan Kelapa Lima

Memiliki satwa monyet yang liar dan jinak

14.

Gua Alam Oebobo

Kelurahan Oebobo

Gua alam yang indah dan menarik

15.

Gua Meriam Nunbaun Delha

Kelurahan Nunbaun Delha

Memiliki sejarah pada zaman penjajahan

16.

Gua Alam Fatukoa

Kelurahan Fatukoa

Didalamnya terdapat stalaktit dan stalakmit yang indah dan disekitar mulut gua terdapat hutan cendana dan hutan jati yang sejuk

17.

Gua Alam Kelapa Lima

Kelurahan Kelapa Lima

Gua alam yang indah

 

18.

Hutan Lindung Fatukoa

Kelurahan Fatukoa

Hutan cendana dan jati yang rindang dan sejuk

19.

Hutan Lindung Naimata

Kelurahan Naimata

Kawasan hutan yang sangat sejuk dengan aneka pepohonan

20.

Hutan Lindung Belo

Kelurahan Belo

Kawasan hutan dengan aneka pepohonan yang sejuk

21.

Hutan Lindung Alak

Kelurahan Alak

Kawasan hutan dengan aneka pepohonan yang sejuk

22.

Mata Air Oelon

Kelurahan Sikumana

Mata air alam dengan aneka pepohonan

23.

Mata Air Sagu

Kelurahan Bakunase

Mata air alam dengan aneka pepohonan yan sejuk

 

24.

Mata Air Tabun

Kelurahan Manulai II

Mata air alam dengan tempat pemandian dan pengisian tengki air

25

Mata Air Fatubesi

Kelurahan Fatubesi

Mata air alam dengan tempat pemandian dan pengisian tengki air

26.

Mata Air Bakunase

Kelurahan Bakunase

Mata air alam dengan tempat pemandian dan pengisian tengki air

Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang

 

 

Tabel 1.3

Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Budaya Kota Kupang

 Sebagai Berikut:

No

Objek Wisata Budaya

Lokasi/Letak Objek Wisata

Potensi Budaya Yang Ada

1.

Situ Taibenu

Kelurahan Manutapen

Situs Peninggalan raja-raja Taibenu (Peninggalan Sejarah)

2.

Situs Kuburan Belanda

Kelurahan Nunhila

Peninggalan Sejarah

3.

Rumah Raja Kupang

Kelurahan Naikoten I

Peninggalan Sejarah

4.

Rumah Kompetei

Kelurahan Bakunase

Peninggalan Sejarah

5.

Bunker Jepang

Kelurahan Bakunase

Peninggalan Sejarah

6.

Bunker Jepang

Kelurahan Liliba

Peninggalan Sejarah

7.

Meriam Jepang

Kelurahan Kelapa Lima

Peninggalan Sejarah

8.

Meriam Sekutu

Kelurahan Nunbaun Delha

Peninggalan Sejarah

9.

Penjara Belanda

Kelurahan Fontein

Peninggalan Sejarah

10.

Benteng Concordia

Kelurahan Fatufeto

Peninggalan Sejarah

11.

Gereja Kota Kupang

Kelurahan LLBK

Gereja Tertua di Kota Kupang dengan nuansa arsitek yang indah

12.

Katedral Kristus Raja

Kelurahan Bonipoi

Tempat ibadah umat Katholik di Kota Kupang dengan arsitek yang indah

13.

Pura Hindu

Kelurahan Fatubesi

Tempat Ibadah Umat Hindu dengan ciri khas Hindu Bali

14.

Mesjid Raya Nurhuda

Kelurahan Fontein

Tempat ibadah Umat Muslim, mennjadi terbesar di Kota Kupang

15.

Klenteng Kupang

LLBK

Tempat ibadah Umat Kungfutsu, yang asri dan indah dengan arsitekturnya

16.

Patung Sonbai

Kelurahan Bonipoi

Karya tangan pemahat/pematung anak daerah

17.

Patung Kirab Remaja

Kelurahan Fatululi

Karya tangan pemahat/pematung anak daerah

18.

Patung Eltari

Kelurahan Oebobo

Karya tangan pemahat/pematung anak daerah

19.

Patung HKSN

Kelurahan Fatukoa

Hutan cendana dan jati yang rindang dan sejuk

20.

Hutan Lindung Naimata

Kelurahan Naikoten

Karya tangan pemahat/pematung anak daerah

21.

Tugu Pancasila

Kelurahan LLBK

Peninggalan Sejarah

22.

Tugu Jepang

Kelurahan Penfui

Peninggalan Sejarah

23.

Museum Negeri-NTT

Kelurahan Fatululi

Museum negeri sebagai sumber seni dan budaya

24.

Museum Eltari

Kelurahan Oetete

Museum Pribadi dan tempat Belajar

Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang

 

Tabel 1.4

Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Minat Khusus Kota Kupang

 Sebagai Berikut :

No

Objek Wisata Minat Khusus

Lokasi/Letak Objek Wisata

Potensi Minat Khusus Yang Ada

1.

Flobamora Mall

Kelurahan Oebufu

Tempat Belanja segala kebutuhan ruamh tangga, Billyard, Pub, Karaoke, Fitnes, dan Area Bermain Anak-anak.

2.

Persawahan

Kelurahan Oebufu

Ketika orang-orang selesai berbelanja di mall, maka mereka bisa melihat dan membeli sayur-sayur segar dari petani di persawahan yang di belakang kantor Gubernur, atau di belakang ramayana mall

Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang

 

 

 

 

Tabel 1.5

Keunikan Objek Daerah Tujuan Wisata Lainnya di Kota Kupang Sebagai Berikut :

No

Objek Wisata Lainnya

Lokasi/Letak Objek Wisata

Potensi Lainnya Yang Ada

1.

Kolam Airnona

Kelurahan Airnona

Kolam buatan tempat pemandian

2.

Kolam Fontein

Kelurahan Fontein

Kolam Renang

3.

Cekdam Naioni

Kelurahan Naioni

Tempat penampungan air bersih untuk irigasi

4.

Cekdam Manutapen

Kelurahan Manutapen

Tempat penampungan air bersih untuk irigasi dan keperluan rakyat

5.

Taman Kota

Kelurahan Kampung Solor

Tempat rekreasi/taman kota yang rindang

6.

Taman kalpataru

Kelurahan Fatubesi

Taman Buatan dengan artistik pohon kalpataru

7.

Taman Nostalgia

Kelurahan Kelapa Lima

Taman Buatan dengan arsitektur yang indah

Sumber Data : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Kupang.

 

 

 

 

 

DISKUSI


TERBARU


Ogoh-Ogoh, Dari...

Oleh Dodik0707 | 28 Feb 2024.
tradisi

Ogoh-Ogoh, Dari Filosofi Hingga Eksistensinya Malang - Jelang Hari Raya Nyepi, warga Dusun Jengglong, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Mal...

Na Nialhotan (D...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Dali Nihorbo atau di Pulau Samosir disebut dengan Na Nialhotan. Dibuat dari susu kerbau yang dimasak dengan garam dan bahan pengental. Ada 3 pilihan...

Pulurpulur

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Pulurpulur Resep khas Simalungun yang bentuknya seperti bola dan disiram saus. Isinya terbuat dari cincang jantung pisang, daun bawang, bawang Batak,...

Itak Sipitu Bar...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Menurut Narasumber kami, Ibu Hotni br. Simbolon pada acara MERAYAKAN GASTRONOMI INDONESIA di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tanggal 03 Februari 2024,...

Dengke Na Nisor...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Dari sumber yang kami dapat melalui Abang Sepwan Sinaga sebagai Pegiat Budaya Batak Toba, Dengke Na Nisorbuk memiliki citarasa yang dominan pedas. Du...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...